-->

Senin, 14 April 2025

Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh Pura Besakih


Laporan Reporter : Tim Lpt Klungkung 

Bali Kini - Bupati Klungkung, I Made Satria bersama Ny. Eva Satria dan Wakil Bupati Klungkung, Tjokorda Gde Surya Putra bersama Ny. Kusuma Surya Putra, Sekda Klungkung, Anak Agung Gede Lesmana dan jajaran Pemkab Klungkung mengikuti Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) Pura Agung Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, Saniscara Wage Julungwangi, Purnama Sasih Kedasa, Minggu (12/4). 


Prosesi pemuspaan diawali dari Pura Catur Loka Pala Pura Gelap dan dilanjutkan di Penataran Pura Agung Besakih. prosesi ini dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster serta bupati/walikota se-Bali.


Usai melaksanakan persembahyangan, Bupati Satria berharap, seluruh umat biberi kesejahteraan dan diberkati ketenangan hati dan pikiran. ”Saya berharap upacara ini akan memberikan kedamaian dan keselamatan kepada umat sedarma dan masyarakat Klungkung pada khususnya,” harap Bupati Satria.


Ketua panitia karya Jro Mangku Widiartha menjelaskan, Rangkaian acara Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) tahun ini telah berlangsung sejak 19 Maret 2025 dan akan berakhir pada 6 Mei 2025. “Puncak dari acara ini yakni hari iniSabtu, 12 April 2025 Berlangsung selama 21 hari berturut-turut, penganyar dari seluruh kabupaten/kota di Bali akan dimulai dari 13 April hingga 3 Mei 2025,” ujar Mangku Widiartha.

Bupati Satria Hadiri Acara Launching Gerakan Bali Bersih Sampah Bersama Gubernur Bali


Laporan Reporter : Tim Lpt Klungkung 

Bali Kini - Bupati Klungkung I Made Satria bersama Ketua TP PKK Kabupaten Klungkung Ny. Eva Satria menghadiri Acara Launching Gerakan Bali Bersih Sampah bertempat di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Werdhi Budaya Art Centre Denpasar Jl. Nusa Indah Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Jumat (11/4). 


Gerakan Bali Bersih Sampah dilaunching secara bersama-sama dengan membunyikan kentongan atau kulkul, oleh Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Dr. Hanif Faisol Nurofiq, Gubernur Bali Wayan Koster, Ketua TP PKK Provinsi Bali Bunda Putri Koster, Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta Dan Bupati Walikota Se-Bali, serta undangan terkait lainnya

Tradisi Sarining Taun Nyegara Gunung Warga Desa Bukit

 


Harmoni Umat Hindu dan Muslim Sembahkan Hasil Bumi Sebagai Rasa Syukur

Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih


Karangasem, Bali Kini– Warga Desa Bukit, Karangasem, kembali melaksanakan tradisi turun-temurun Sarining Taun Nyegara Gunung, Senin (14/5/2025), sebuah upacara tahunan sebagai wujud syukur atas hasil bumi. Tradisi ini menjadi simbol kerukunan umat Hindu dan Muslim. Mereka bersama-sama membawa Pajegan / Pajegan Wale ke segara (laut), sebelum berpisah untuk bersembahyang di tempat masing-masing.


Umat Hindu melanjutkan persembahyangan ke Pura Linggayoni, sementara warga Muslim berziarah ke Makam Datuk Mas Pakel atau dikenal juga sebagai Sunan Mumbul, yang merupakan leluhur/ cikal bakal adanya warga Muslim di Desa bukit, Karangasem. Mereka berjalan beriringan menuju laut, membawa pajegan berisi hasil panen desa seperti rambutan dan durian, mengenakan pakaian adat masing-masing.


Perbekel Desa Bukit, I Gusti Ngurah Widnyana, mengatakan bahwa upacara tahun ini menjadi momen membangkitkan kembali tradisi Sarining Taun yang sempat tidak terlaksana. “Kami dari pemerintahan desa memfasilitasi dan mendukung penuh pelaksanaan upacara ini. Dengan menghadirkan Sarining Taun, kami berharap bisa menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ujarnya.Pajegan Wale juga dibawa oleh warga Muslim Saren Jawa / Sasak Jawa sebagai bentuk syukur yang ditujukan ke makam leluhur.


Upacara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, di antaranya I Gusti Bagus Subagiarta (Ode) dan I Gusti Ayu Mas Sumantri selaku mantan Bupati yang juga mewakili Bupati Karangasem Gusti Putu Parwata.


Tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Karangasem, Ode, memberikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan tradisi ini. “Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat Desa Bukit kepada leluhur, dengan menghaturkan hasil bumi. Mudah-mudahan melalui upacara ini, rasa toleransi antarumat beragama di Desa Bukit menjadi spirit keharmonisan yang bisa disebarkan ke seluruh Bali,” ungkapnya.


Tradisi Sarining Taun Nyegara Gunung merupakan warisan perintah dari Raja Karangasem di masa lalu, sebagai simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di Desa Bukit. Semangat toleransi dan kebersamaan ini terus dijaga hingga kini, menjadi contoh nyata persaudaraan lintas agama di Bali. 

Sabtu, 12 April 2025

Walikota Jaya Negara dan Wawali Arya Wibawa Hadiri Pujawali Pura Agung Lokanatha Denpasar.

 


Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa, serta Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede saat bersembahyang bersama serangkaian Karya Padudusan Alit di Pura Agung Lokanatha Denpasar nemoning Purnama Sasih Kedasa, Sabtu (12/4). 

Laporan Reporter : Eka

Denpasar , Bali Kini - Pemerintah Kota Denpasar menggelar Karya Padudusan Alit serangkaian Pujawali di Pura Agung Lokanatha Denpasar nemoning Purnama Sasih Kedasa, Sabtu (12/4). Hadir ditengah pemedek dan masyarakat untuk mengikuti rangkaian pujawali, Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, Kadek Agus Arya Wibawa, serta Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede.  


Tampak hadir pula Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka dan Pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar. 


Diriingi suara gambelan dan kidung, pelaksanaan Bhakti Pujawali berlangsung khidmat. Diawali dengan pangilen  Tari Rejang, Wayang Lemah dan Topeng Wali, rangkaian pujawali dilanjutkan dengan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Gede Oka Karang, Griya Tegeh Lumintang. 


Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan bahwa pujawali ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat umat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Hal ini juga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari ajaran Tri Hita Karana.


"Dengan pelaksanaan pujawali ini mari kita tingkatkan sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana," ujar Jaya Negara.

 

Sementara Kabag Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara mengatakan, Karya Pedudusan Alit sekaligus pujawali di Pura Agung Lokanatha Denpasar dilaksanakan bertepatan dengan Purnama Sasih Kadasa. Dimana, Ida Bhatara Nyejer selama satu hari untuk selanjutnya dilaksanakan Penganyar dan Penyineban. 


Alit Surya Antara mengaku bersyukur seluruh rangkaian piodalan telah berjalan lancar. Dimana tahapan demi tahapan pujawali sudah terlaksana dengan baik. Sehingga dapat mendukung terciptanya keseimbangan alam semesta beserta isinya. 


"Kami berharap momentum Pujawali ini menjadi wahana untuk meningkatkan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk mendukung keseimbangan alam semesta," ujarnya. 

Jajaran Pemkab Tabanan Laksanakan Persembahyangan Purnama Kedasa di Pura Luhur Batukau


Laporan Reporter : Tim Lpt Tabanan 

Bali Kini  – Sebagai wujud sradha bhakti dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual, Jajaran Pemerintah Kabupaten Tabanan yang dipimpin Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., melaksanakan persembahyangan bersama dalam rangka rahina Purnama Kedasa yang jatuh pada Sabtu, (12/4). Persembahyangan ini berlangsung khidmat dan turut dihadiri Wakil Bupati Tabanan, I Made Dirga, Sekda, para Asisten serta perangkat daerah di lingkungan Pemkab Tabanan. 


Sebelum memulai persembahyangan bersama, Bupati Sanjaya dan Wakil Bupati beserta jajaran, berkesempatan memberi makan ikan dan melepas burung perkutut dalam rangka pelestarian lingkungan dan wujud keharmonisan manusia dengan lingkungan. Hal tersebut, sebagai perwujudan ajaran Tri Hita Karana, yakni menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan juga manusia dengan alam lingkungan. 


Setelah itu, persembahyangan bersama dimulai di Pura Beji dan kemudian dilanjutkan di luhur Batukau yang dipimpin oleh Jro Mangku Pura setempat. Usai persembahyangan, Sanjaya juga mengumpulkan seluruh jajaran di wantilan Pura Luhur Batukau guna membahas berbagai hal menyangkut program-program pembangunan yang telah dan akan berjalan serta melaksanakan evaluasi kinerja dari seluruh perangkat daerah. 


Dikatakan juga oleh Sanjaya, bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi bagian dari rutinitas keagamaan, namun juga sebagai momentum introspeksi diri dan doa bersama untuk keselamatan serta kesejahteraan dan kerahayuan masyarakat Tabanan. “Melalui persembahyangan di Pura Luhur Batukau yang merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan Jagat, kita memohon tuntunan serta kerahayuan untuk seluruh masyarakat Tabanan. Ini adalah bentuk nyata implementasi nilai spiritual dalam kepemimpinan,” ujarnya.


Dengan semangat yang penuh kekhidmatan, pelaksanaan persembahyangan ini diharapkan dapat memperkuat spiritualitas para pemimpin daerah dan jajaran sekaligus menjadi energi positif dalam melanjutkan pembangunan di Tabanan yang harmonis dan berkelanjutan, sesuai dengan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani, (AUM). 

Selasa, 08 April 2025

Bupati Sanjaya Hadiri Upacara Dewa Yadnya di Desa Adat Kerta dan Mengesta


Laporan Reporter : Tim Lpt Tabanan 

Bali Kini  - Komitmen pelestarian adat, agama, tradisi dan budaya di Kabupaten Tabanan terus dikuatkan dalam mewujudkan Tabanan Era Baru yang Aman Unggul dan Madani (AUM) oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E.,M.M, bersama Wakil Bupati dan jajaran melalui kehadirannya dalam rangkaian Karya yang dilaksanakan masyarakat. Kali ini Karya Agung Tawur Balik Sumpah, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Mupuk Pedagingan, Melaspas, Ngenteg Linggih, Pujawali Jelih, Ngusaba Desa, dan Ngusaba Nini yang digelar di Pura Puseh dan Pura Desa, Desa Adat Kerta, Desa Wanagiri Kauh, Kecamatan Selemadeg, Tabanan, dihadirinya, Selasa (8/4).



Didampingi oleh Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekretaris Daerah dan Pimpinan perangkat daerah terkait, usai menghaturkan sembah bhakti, Bupati Sanjaya sampaikan apresiasinya atas semangat krama dalam membangun yadnya yang sudah berjalan sejak Bulan Januari dengan proses yang begitu panjang. “Titiang bersama jajaran terkait di pemerintah mendoakan, semoga Yadnya ini memargi antar, labda karya, sida sidaning don, serta karya ini sudah berjalan dengan baik, satwika, utamaning utama. Luar biasa sekali,” ucap Sanjaya.



Karya Dewa Yadnya yang dilaksanakan oleh krama Desa Adat Kerta, juga dinilai Sanjaya merupakan salah satu wujud nyata dari pelestarian adat dan budaya yang ada, serta bagian dari kewajiban umat Hindu dalam menyucikan bangunan suci dan menjaga keharmonisan alam dan kehidupan. Lebih lanjut, Sanjaya berharap agar kedepan adat istiadat, seni dan budaya yang ada agar tetap terjaga dan dipegang teguh oleh generasi-generasi selanjutnya. “Maka dari itu, Pemerintah Daerah dalam rangka Nangun Sat Kertih Loka Bali, selalu dalam visi misi titiang, ada pelestarian adat, agama dan seni budaya. Jadi pemerintah wajib memberikan pendampingan, mengayomi," imbuhnya.



Selaku Ketua Panitia, I Gusti Made Budierawan menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran Bupati Sanjaya serta dukungan yang telah diberikan dalam pelaksanaan yadnya tersebut. Ia menjelaskan, bahwa rangkaian upacara sakral yang puncaknya jatuh pada Sabtu, 12 April 2025, bertepatan dengan Purnama Kadasa, dipuput oleh tujuh sulinggih. Seluruh rangkaian upacara ini terlaksana berkat semangat gotong-royong dari krama Desa Adat Kerta yang terdiri dari 83 Kepala Keluarga (KK).



Usai kunjungannya di Desa Adat Kerta, Wanagiri Kauh, Selemadeg, Sanjaya hadir dalam rangkaian puncak Upacara Pujawali Ida Bhatara di Pura Dang Kahyangan Luhur Siwa Pakusari, Banjar Dinas Kedampal, Desa Mangesta, Kecamatan. Penebel Tabanan. Dengan suasana yang penuh khidmat, pihaknya bersama rombongan mengikuti persembahyangan bersama yang dipuput oleh Jero Mangku setempat. Rangkaian Pujawali di Pura yang diempon oleh sekitar 700 Kepala Keluarga ini juga dirangkai dengan pelaksanaan upacara metatah massal dan tiga bulanan, yang menjadi wujud nyata pelestarian budaya dan spirit gotong-royong masyarakat di Tabanan

Senin, 07 April 2025

Walikota Jaya Negara Ngayah "Nyangging"


 Teks Foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah "Nyangging" serangkaian Karya Ngenteg Linggih, Wraspati Kalpa Agung Caru Panca Rupa Panca Kelud Pura Ratu Begawan Penyarikan Banjar Jurang Asri Desa Peguyangan Kangin,  Senin (7/4). 


Serangkaian Karya di Banjar Jurang Asri Peguyangan Kangin

Laporan Reporter : Eka 

Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah "Nyangging" serangkaian Karya Ngenteg Linggih, Wraspati Kalpa Agung Caru Panca Rupa Panca Kelud Pura Ratu Begawan Penyarikan Banjar Jurang Asri Desa Peguyangan Kangin,  Senin (7/4). 

Terlihat sejak pagi puluhan warga sudah tampak memadati areal Bale Banjar untuk mengikuti prosesi upacara Metatah Massal yang cukup menarik perhatian masyarakat ini. Hal ini lantaran dari 5 Sangging yang  bertugas mengasah gigi para peserta, tampak diantaranya Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara yang berkesempatan ngayah Nyangging di upacara tersebut.

Disela-sela Karya Mepandes, Walikota Denpasar, I Gusti NgurahJaya Negara mengatakan, bahwa ritual potong gigi (mepandes) merupakan salah satu ritual Manusa Yadnya yang wajib dilakukan.

 “Dalam agama Hindu Mepandes wajib dilakukan ketika anak menginjak usia remaja atau sudah dewasa. Ritual ini bertujuan untuk mengendalikan enam sifat buruk manusia yang menurut agama Hindu dikenal dengan istilah sad ripu atau enam musuh dalam diri manusia,” ujarnya.

Selebihnya dikatakan, selain merupakan sebuah kewajiban yang dilaksanakan dalam kehidupan, metatah merupakan upacara untuk menetralisir sifat buruk dalam diri manusia yang disebut dengan Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indriya), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan irihati), dan Moha (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).

Sementara Manggala Karya Made Supradnya  yang ditemui di sela-sela upacara mengatakan upacara metatah massal  pertama kalinya di adakan oleh Banjar Jurang Asri. Ini merupakan serangkaian karya di balai banjar yang sekiranya terakhir diadakan 50 tahun lalu. 

“Metatah massal ini diikuti oleh 21 orang peserta dari warga Banjar Jurang Asri dengan melibatkan 5 orang sangging, serta upacara ini merupakan rangkain Karya Ngenteg Linggih, Wraspati Kalpa Agung Caru Panca Rupa Panca Kelud Pura Ratu Begawan Penyarikan Banjar Jurang Asri,“ ungkapny

Minggu, 06 April 2025

Pastikan Kesiapan Karya IBTK dan Kenyamanan Pamedek, Gubernur Koster Pimpinan Rakor di Besakih


Laporan Reporter : Tim Lpt Karangasem 

Bali Kini - Gubernur Bali Wayan Koster memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) jelang Pelaksanaan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Gedung Audio Visual Wyata Graha, Besakih, Karangasem, Sabtu (Saniscara Paing, Warigadean), 5 April 2025. Rakor ini guna memastikan kesiapan maksimal semua elemen terkait demi kelancaran karya agung di Pura Besakih Sabtu, 12 April 2024 mendatang.


Gubernur Koster tak banyak memberi arahan. Ia lebih banyak mendengar laporan masing-masing penanggung jawab terkait kesiapan terakhir. Dikatakan Koster, rakor dilakukan untuk memastikan segala pendukung kelancaran pelaksanaan IBTK telah siap maksimal. Mulai dari upakara dan upacara, rekayasa lalu lintas, pelayanan kesehatan, konektivitas jaringan seluler, keamanan, hingga fasilitas yang ada di Kawasan Suci Pura Agung Besakih. "Saya ingin alur lalu lintas yang dari dan menuju Besakih itu lancar saat pelaksanaan Karya. Sampai di Besakih, dia (pamedek-red) juga nyaman," kata Koster. 


Gubernur Bali dua periode ini mengatakan, sudah banyak yang krama Bali dapat dari hasil memohon di Pura Besakih, sudah banyak kebahagiaan dan kesejahteraan untuk masyarakat Bali. 


"Jadi Kita ini sudah berutang banyak dengan Ida Bhatara yang ada disini. Karena itu, Kita punya tekad untuk Ngayah, yang mungkin tidak ada artinya dengan yang Kita dapat," ujarnya.  


Gubernur asal Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini mengajak semua pihak untuk ikut menyukseskan pelaksanaan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh Pura Agung Besakih. Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2025 tentang Tatanan bagi Pamedek/Pengunjung saat Memasuki dan Berada di Kawasan Suci Pura Agung Besakih selama Pelaksanaan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, diharapkan dijalankan dengan baik. 


"Setiap tahun Kita evaluasi, apanya yang kurang, Kita perbaiki. Tugas Pemerintah adalah memfasilitasi agar pelaksanaan IBTK ini berjalan lancar dan sukses," imbuhnya.

 

Menurut Koster, keagungan dan kesucian Pura Agung Besakih harus dilindungi, dirawat, dan dikelola dengan penuh hormat. Sehubungan dengan itu, pada periode pertama kepemimpinan sebagai Gubernur, Pemprov Bali telah membangun Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan Pamedek/Pengunjung dalam melaksanakan persembahyangan. 


Gubernur Koster juga mengisahkan, Pura Agung Besakih yang terletak di lereng Gunung Agung, merupakan tempat pemujaan utama, Pura Kahyangan Jagat terpenting dan tertinggi di Bali. 


Sejumlah teks susastra Bali, baik yang tersurat dalam lontar maupun prasasti tembaga atau kayu, menyebut Gunung Agung dengan nama Tolangkir, yang berarti "Dia Yang Mahatinggi, Mahamulia, sekaligus Mahaagung". Pura Agung Besakih disebut sebagai "Huluning Bali Raja", hulu Kerajaan Bali,sekaligus juga "Madyaning Bhuwana", pusat dunia. 


Karena itu, Besakih pada masa kerajaan Bali Kuno dikategorikan sebagai kawasan Hila-Hila Hulundang Ing Basukih, yang berarti kawasan suci tempat memohon kerahayuan hidup (Basuki) di hulu Bali, yang dilarang, dipantangkan (Hila-Hila) untuk dilalui atau dimasuki secara sembarangan oleh siapa pun.


Turut hadir dalam rakor, Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna, Kepala Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih I Gusti Lanang Muliarta, Kapolres Karangasem AKBP I Nengah Sadiarta, Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiartha, Kepala Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali serta perwakilan dari Kota/Kabupaten se-Bali.

Jumat, 04 April 2025

Walikota Jaya Negara Hadiri Upacara Melaspas dan Pasupati Pelawatan

 


Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menghadiri Upacara Melaspas dan Pasupati Pelawatan Ida Ratu Made Sedaya di Pura Dalem Penataran Sumerta, Desa Adat Sumerta bertepatan dengan Wraspati Kliwon Warigadean, Kamis (3/4)
.

Laporan Reporter : Agus 

Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri Upacara Melaspas dan Pasupati Pelawatan Ida Ratu Made Sedaya di Pura Dalem Penataran Sumerta, Desa Adat Sumerta bertepatan dengan Wraspati Kliwon Warigadean, Kamis (3/4). Upacara ini dilaksanakan setelah proses prrbaikan dan ngayum busana pelawatan tuntas dilaksanakan. 


Tampak hadir Anggota DPRD Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya, Anggota DPRD Kota Denpasar, I Made Mudra, Camat Denpasar Timur, Ni Ketut Sri Karyawati, serta seluruh krama Desa Adat Sumerta. 


Kelihan Prajuru Penyatusan Abiankapas Ketapian Desa Adat Sumerta, I Made Tirana mengatakan bahwa Upacara Melaspas dan Pasupati Pelawatan Ida Ratu Made Sedaya di Pura Dalem Penataran Sumerta, Desa Adat Sumerta ini dilaksanakan setelah Ngayum Busana Ida Pelawatan tuntas dilaksanakan. Hal ini mengingat kondisi busana yang sudah mengalami kerusakan. 


Lebih lanjut dijelaskan, proses pengerjaan ngayum busana telah dilaksanakan sejak Bulan Januari lalu. Dimana, setelah tuntas dikerjakan, dilanjutkan dengan proses Melaspas dan Pasupati. Setelah itu turut dilaksanakan Upacara Mesuci yang dilanjutkan dengan Upacara Melasti. 


Dikatakannya, upakara ini merupakan wujud sradha dan bhakti krama Desa Adat Sumerta kepada Ida Bhatara Sesuhunan. Hal ini tentunya diharapkan dapat memberikan anugerah kesejahteraan, kesehatan serta kemakmuran bagi seluruh krama desa. 


"Semoga melalui upacara ini krama Desa Adat Sumerta selalu dalam lindungan tuhan, dan diberikan anugrah kemakmuran serta kerahayuan," ujarnya. 


Walikota Denpasar,  I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan tersebut mengatakan, Upacara Melaspas dan Pasupati Pelawatan Ida Ratu Made Sedaya di Pura Dalem Penataran Sumerta ini merupakan momentum bagi seluruh masyarakat untuk selalu eling dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Sehingga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.


“Dengan pelaksanaan upakara ini mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana,” ujar Jaya Negara. 

Kamis, 03 April 2025

Pemedek Wajib Ikuti Aturan di Kawasan Suci Pura Agung Besakih


Laporan Reporter : Tim Lpt Denpasar 

Bali Kini - Dalam pelaksanaan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih, Gubernur Bali, Wayan Koster mengeluarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 08 Tahun 2025 tentang Tatanan bagi Pemedek/Pengunjung Saat Memasuki dan Berada di Kawasan Suci Pura Agung Besakih Selama Pelaksanaan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh yang disampaikannya kepada awak media di Denpasar, Rabu (2/4).

 Orang nomor satu di Bali ini mengatakan, keagungan dan kesucian Pura Agung Besakih harus dilindungi, dirawat, dan dikelola dengan penuh hormat. "Sehubungan dengan itu, Pemerintah Provinsi Bali telah membangun fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan Pamedek/pengunjung dalam melaksanakan persembahyangan. Selain itu juga menyelenggarakan tatanan untuk mengatur Pamedek/pengunjung sebagai implementasi visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana dalam Bali Era Baru," bebernya. 


Pihaknya menjelaskan isi SE tersebut diantaranya, Puncak Karya Ida Bhatara Turun Kabeh dilaksanakan pada Hari Sabtu (Saniscara Wage, Julungwangi), 12 April 2025, Nyejer selama 21 (dua puluh satu) hari, sampai dengan Hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Kuningan), 3 Mei 2025. Pamedek atau umat Hindu yang akan melaksanakan persembahyangan ke Pura Agung Besakih, berkewajiban mengikuti jadwal bersamaan dengan Panganyar masing-masing kota/kabupaten, serta Pamedek dari luar Bali, sesuai jadwal.


Kabupaten Klungkung pada Hari Senin (Soma Umanis, Sungsang), 14 April 2025.

Kota Denpasar pada Hari Rabu (Buda Pon, Sungsang), 16 April 2025. Kabupaten Badung pada Hari Kamis (Wrehaspati Wage, Sungsang), 17 April 2025. Kabupaten Jembrana pada Hari Jumat (Sukra Kliwon, Sungsang), 18 April 2025. Kabupaten Gianyar pada Hari Jumat (Sukra Paing, Dungulan), 25 April 2025. Luar Bali pada 26-27 April 2025. Kabupaten Karangasem pada Hari Senin (Soma Kliwon, Kuningan), 28 April 2025. Kabupaten Tabanan pada Hari Selasa (Anggara Umanis, Kuningan), 29 April 2025. Kabupaten Buleleng pada Hari Rabu (Buda Paing, Kuningan), 30 April 2025. Kabupaten Bangli pada Hari Kamis (Wrehaspati Pon, Kuningan), 1 Mei 2025.

Provinsi Bali/Panitia Besakih pada Panyineban Karya Hari Sabtu (Saniscara Kliwon, Kuningan), 3 Mel 2025.


Pamedek/pengunjung harus masuk melalui Candi Bentar di Area Manik Mas, sesuai tatanan di Pura Agung Besakih. Selain itu yang menggunakan bus/truk disediakan kendaraan shuttle bus listrik dari tempat Parkir Kedungdung ke Area Manik Mas dan sebaliknya. Umat yang akan sembahyang berjalan kaki dari Area Manik Mas ke Area Bencingah. Khusus untuk Sulinggih, lansia, wanita hamil, wanita yang mengajak bayi/anak balita, dan difabel disediakan kendaraan angkutan khusus berupa buggy. 


"Wisatawan hanya dapat memasuki Kawasan Suci Pura Agung Besakih di luar area persembahyangan. Pamedek/pengunjung wajib membawa kantong sampah untuk menampung sampah selama berada di Kawasan Suci Pura Agung Besakih. Pamedek/pengunjung wajib menaati ketentuan yang diberlakukan oleh Badan Pengelola, khusus yang berkaitan dengan pemanfaatan fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih," tegas Koster. 


SE tersebut berisi sejumlah larangan diantaranya, dilarang keras berjualan di tepi jalan, hanya diizinkan berjualan dengan memanfaatkan kios dan los yang telah disediakan. Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pengguna kios dan los dilarang keras menjual, menyediakan, dan menggunakan tas kresek, pipet plastik, styrofoam, serta produk/minuman kemasan plastik. Pelaku UMKM pengguna kios dan los dilarang keras membuang sampah di sembarang tempat, berkewajiban menjaga kebersihan secara mandiri dengan menerapkan pengelolaan sampah berbasis sumber, memilah sampah organik, bukan organik/anorganik, dan residu, serta menjaga keasrian lokasi.


Pamedek/pengunjung dilarang keras membawa/menggunakan tas kresek, pipet plastik, styrofoam, serta produk/minuman kemasan plastik, sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018. Sebagai penggantinya, agar membawa tumbler atau botol wadah minuman. Pamedek yang membawa sarana Upakara yang sudah dihaturkan/lungsuran, dilarang keras membuang sisa lungsuran di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, dan berkewajiban membawa pulang kembali sisa lungsuran.

Pamedek/pengunjung dilarang keras membuang sampah sembarangan di Kawasan Suci Pura Agung Besakih, dan berkewajiban membawa pulang semua sampah yang dihasilkan.

Rabu, 02 April 2025

Semarak Gema Takbir, Sambut Idul Fitri 1446 Hijriah di Kabupaten Jembrana


Laporan Reporter : Tim Lpt Jembrana 

Bali Kini - Sebanyak 25 kelompok mengikuti lomba gema takbir yang digelar Pemerintah Desa Pengambengan dan dipusatkan di Depan Kantor Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Minggu malam (30/3/2025). Puluhan peserta lomba takbir yang digelar untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah itu menampilkan berbagai atraksi.


Masing-masing kelompok menampilkan atraksi dan gema takbir. Peserta tampil menggunakan alat musik tradisional yang dipadukan dengan hadrah, bedug, dan alat musik lainnya. Yang menarik juga dari segi kostum yang digunakan pun juga beragam.


Selain kostum dan gema takbir, para peserta membawa aneka replika. Seperti replika masjid, ka'bah, Al-Qur’an, serta unta. Seusai tampil di depan juri, para peserta menggelar pawai keliling dengan jalan kaki.


Lomba gema takbir yang dibuka langsung oleh Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan tersebut berhasil menyedot antusias ratusan warga desa Pengambengan.


Dalam sambutannya, Bupati Kembang Hartawan menyampaikan rasa bangga kepada seluruh masyarakat Desa Pengambengan sudah bisa menjaga adat tradisi, terlebih kegiatan ini diikuti langsung oleh para remaja masjid.


"Kebahagiaan Saya terasa lengkap malam ini, karena acara malam ini panitianya para anak muda yang notabene adalah harapan kita dimasa depan. Ini perlu dicontoh oleh seluruh remaja se Kabupaten Jembrana. Mudah-mudahan kita semua diberikan kesehatan, kekuatan dan Pengambengan kedepan tambah jaya, " ujarnya.


Kepada seluruh peserta Lomba Gema Takbir, Bupati Kembang berpesan agar dapat mengikuti lomba ini dengan sebaik-baiknya. "Pesan Saya kepada seluruh peserta jangan jadikan lomba Gema Takbir ini semata-mata untuk mencari kemenangan. Tidak penting menang atau kalah, yang penting mari jadikan lomba ini untuk sama-sama belajar dan mengharapkan pahala dari Allah SWT," pesannya.


Sementara itu, diwaktu yang bersama, Wabup Patriana Krisna (Ipat) juga membuka kegiatan takbir keliling yang dipusatkan di Masjid Al Huda, Banjar Samblong, Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo.


Takbir keliling ini diikuti oleh 13 mobil hias dan ribuan masyarakat yang akan melewati beberapa desa diantaranya desa Yeh Sumbul, Medewi, dan Pulukan.


Wabup Patriana Krisna (Ipat)  mengatakan takbir keliling ini sebagai bagian dari tradisi yang mempererat tali silaturahmi antarwarga. Ia juga berharap momen Idul Fitri ini membawa berkah dan kedamaian bagi seluruh masyarakat.


"Takbir keliling adalah satu tradisi yang dilaksanakan untuk menyambut hari raya Idul Fitri, sudah sepantasnya bahwa dalam pelaksanaan takbir ini tetap menjaga toleransi antarumat beragama, tetap menjaga keamanan dan tetap juga menjaga yang silaturahmi di antara para peserta," ucapnya.


Lanjut, kata Wabup Ipat, Takbir keliling sebagai suatu tradisi yang bisa mempererat silaturahmi dan meningkatkan semangat menyambut tahun baru Hijriah hendaknya dapat terus dilestarikan.


"Tradisi ini kami harapkan ke depan terus bisa kita jaga dan terus bisa kita lakukan terutama di desa Yeh Sumbul ini," imbuhnya.


Tak lupa, Bupati Kembang dan Wabup Ipat juga menyampaikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan memohon maaf kepada seluruh umat muslim di kabupaten Jembrana.


"Saya mewakili Pemerintah Kabupaten Jembrana, mengucapkan minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin," tutupnya.

Senin, 31 Maret 2025

Ribuan Umat Hadiri Tawur Agung Kesanga 2025 di Candi Prambanan


Laporan Reporter : Asrinidevy 

 Yogyakarta Bali Kini – Ribuan umat Hindu dari berbagai daerah berkumpul di Candi Prambanan untuk mengikuti Upacara Tawur Agung Kesanga, Jumat (28/3/2025. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian utama dalam perayaan Hari Suci Nyepi Nasional Tahun Saka 1947/2025M.


Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menjelaskan bahwa rangkaian perayaan ini mencakup berbagai kegiatan pokok yang mencerminkan nilai-nilai luhur agama Hindu. Salah satunya adalah Upacara Melasti yang dilakukan sebelum Tawur Agung Kesanga.


"Inti dari pelaksanaan Melasti adalah membersihkan diri secara jasmani dan rohani secara sempurna, yakni dengan menerapkan Tri Kaya Parisudha: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan," jelas Wisnu.


Ia menjelaskan Tawur Agung Kesanga sendiri merupakan ritual Bhuta Yadnya yang bertujuan untuk menyeimbangkan unsur-unsur Panca Mahabhuta, yaitu Pertiwi (tanah), Apah (air), Bayu (udara), Teja (api), dan Akasa (ruang). Upacara ini melambangkan penyucian alam semesta sebelum memasuki Hari Suci Nyepi.


Wisnu dalam sambutannya juga menerangkan bahwa Hari Suci Nyepi diperingati dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian. Prinsip ini bertujuan untuk mengintrospeksi diri, melakukan pengendalian diri melalui tapa, brata, dan semadi sebagai bentuk fokus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara ini menjadi momentum penting dalam menjaga keseimbangan energi alam semesta serta refleksi spiritual bagi umat Hindu.


"Setiap Hari Suci keagamaan berfungsi untuk menanamkan nilai agama dan sebagai media pendekatan serta pelayanan kepada Tuhan dan ciptaan-Nya. Hal ini juga menjadi sarana peningkatan kualitas penyucian diri," ungkapnya.


Lebih lanjut, ia menekankan bahwa keseimbangan antara nilai spiritual dan material dalam perayaan Hari Suci Nyepi harus dijaga agar tidak saling mendominasi. Pendekatan multi dimensi dan pemahaman nilai-nilai filosofis dalam ajaran Hindu akan membantu umat semakin dekat dengan Tuhannya serta memperkuat Sradha Bhakti, iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Turut hadir dalam Upacara Tawur Agung Kesanga  Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka; Menteri Agama RI Nasaruddin Ummar, Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI Prof. Dr. Drs I Nengah Duija, M.Si, serta Wakil Gubernur DI Yogyakarta Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X.

Minggu, 30 Maret 2025

RIBUAN WARGA MASYARAKAT SAKSIKAN LOMBA OGOH-OGOH DESA ADAT KARANGASEM


Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih


Karangasem ,Bali Kini - Ribuan warga masyarakat Kota Amlapura, Karangasem dan  sekitarnya tumpah ruah membludak memadati ruas-ruas jalan protokol kota menyaksikan perhelatan tradisi tahunan parade Ogoh-ogoh yang dilombakan digelar Desa Adat Karangasem, Kelurahan Karangasem bertepatan dengan Tawur Kesanga, Jumat (28/3).


 Membludaknya penonton tidak seperti parade Ogoh-ogoh sebelumnya, karena baru kali pertama ini Desa Adat Karangasem gelar parade dilombakan dan berhadiah uang dan piala.


Jumlah parade Ogoh-ogoh sebanyak 29 buah dari 20 peserta Seka Truna-Truni (STT)/banjar. Dari 20 peserta, 2 STT/banjar berkolaborasi dengan peserta STT/banjar lainnya sehingga sebanyak 18 buah Ogoh-ogoh yag dinilai juri. Pesertanya dari STT/banjar se-Desa Adat Karangasem dan desa tetangga yakni Desa Adat Susuan dan Tampuagan. Juga dimeriahkan sebagai pendukung oleh masing-masing peserta 2 – 3 buah Ogoh-ogoh mini yang diusung oleh anak-anak.

Terhitung catatan dari panitia lomba daftar peserta penggusung dan pendukung Ogoh-ogoh sekitar seribu orang lebih.


Lomba Ogoh-ogoh ini terasa seru dan menarik mendapat aplus sorak sorai dalam suasana malam cuaca cerah dari masing-masing pendukung  dan penonton yang memadati hampir sepanjang rute perjalanan Ogoh-ogoh. Keseruannya, selain atraksi di lima  titik sepanjang jalan yang telah ditentukan panitia. Saat menggusung Ogoh-ogohnya hampir semua peserta tampilan Ogoh-ogohnya  didukung  fragmentari, alunan sinopsis alur cerita dan atraksi budaya bernuansa magis religius  sesuai dengan tema Ogoh-ogoh yang ditampilkan ditambah alunan gong baleganjur bertalu-talu saling bersahutan terasa suasana seram malam itu. 


Pengumuman pemenang langsung diumumkan oleh panitia usai gelaran lomba hampir tengah malam pukul 00.00 Wita di Catus Pata Taman Budaya Candra Bhuwana Amlapura. 

Seke Truna-truni (STT) Bhakti Hita Karya, Banjar Pebukit, nama Ogoh-ogoh “Pemurtining Pralaya Ing Buana” nilai 1.795 berhasil dinobatkan raih pemenang I dan berhak menerima hadiah Rp3 juta, piala tetap dan piala bergilir. 

Pemenang juara II digondol STT Iswara Banjar Kerti Celuk Negara nama Ogoh-ogoh “Pasupati Rencanam” nilai 1.785 berhak terima hadiah uang Rp2 juta dan piala. Sedangkan pemenang III disabet STT Kumuda Jaya Banjar Tampuagan, Desa adat Tampuagan nama Ogoh-ogoh “Ulah Pati Karma” nilai 1.783, kalah tipis hanya terpaut dua angka dengan pemenang II mendapatkan hadiah uang Rp1 juta dan piala. 


Hadiah uang dan piala langsung diserahkan malam itu usai parade kepada para pemenang oleh Bendesa Adat Karangasem, IDG Nguah Surya Y Anom didamping Penyarikan, I Wayan Supandhi dan Ketua Panitia Lomba yang juga Baga Palemahan, I Made Arnawa.


Wujud fisik Ogoh-ogoh peraih juara I “Pemurtining Pralaya Ing Buana”, mahluk barong, Dewa Gama, Kali Maya, dan  Dewa Durga. Dewa Gana sedang melepaskan anak panah menyasar Dewa Durga.


 Ketua STT Bhakti Hita Karya, I Kadek Budiarta menjelaskan kepada penulis usai menerima hadiah malam itu. Tema karyanya tersebut dikutif dari lontar Siwagama. Sepenggal cerita singkat , Dewi Uma yang merupakan istri Dewa Siwa turun  ke bumi untuk mencarikan obat Ida Sang Batara Siwa yang sedang sakit mengalami kesulitan mencarikan susu sapi putih untuk menyembuhkan suaminya. Setelah berusaha keras dan merasa putus asa, ia akhirnya bertemu dengan Dewa Siwa yang menjelma sebagai pengembala sapi putih. Kemudia Dewa Siwa menawarkan susu tersebut dengan syarat Dewi Uma harus melayani nafsunya. Meskipun awalnya menolak, demi kesembuhan suaminya, Dewi Uma menyanggupi syarat tersebut.  

Lanjut Budiarta yang juga sang arsitek langsung rancang Ogoh-ogoh “Pemurtining Pralaya Ing Buana” menerangkan, filosofi Ogoh-ogohnya, diperlukan pemahaman dan kesadaran sejati untuk tidak mengambil suatu keputusan agar tidak ada penyesalan dikemudian hari, karena kejadian saat itu benar atau atau tidak benar sulit membedakan. 

 Budiarta, Ogoh-ogoh jenis tersebut pernah dibuatnya untuk parade Ogoh-ogoh sebelumnya tapi alami musibah patah. Karen rasa jengah, jenis Ogoh-ogoh tersebut kembali dibuat. “Bahan Ogoh-ogoh yang saya buat tanpa menggunakan gabus dan streafom, pakai ulatan bambu, kertas koran, tisu pembersih dan rangkaian besi,” pungkasnya. 


Rute perjalanan Ogoh-ogoh menempuh jarak sekitar 2 km keliling Kota Amlapura. Parade berlangsung selama sekitar 5,5 jam dari pukul 18.00-23.30 Wita. Dimulai dari Catus Pata Taman Budaya Candra Bhuwana Amlapura menuju Jalan Patih Jelantik, Jalan Gajahmada, Jalan Ksatrian, Jalan Diponogoro, Jalan Gatot Subroto, Jalan Teuku Umar, dan berakhir di Jalan Patih Jelantik sebelah selatan Pura Jagatnatha Amlapura.


Lomba Ogoh-ogoh nomor urut undi perdana Ogoh-ogoh “Amuk Buta Tarpana” milik STT Banjar Taman Sudarma dilepas Bupati Karangasem yang diwakili Camat Karangasem, I Ketut Juni Arsa Wijaya. Nomor undi selanjutnya dilepas oleh pejabat undangan terkait, Bendesa Adat Karangasem, IDG Ngurah Surya Y Anom. Nomor undi berikutnya dilepas oleh usur Pengurus Desa Adat Karangasem dan perwakilan dari masing-masing keliang banjar peserta.


Bendesa Adat Karangasem, IDG Nguah Surya Y Anom mengatakan, Ogoh ogoh adalah ekspresi seni yg dikaitkan dengan pecaruan dihari pengerupukan. Dan wujud Ogoh-ogoh yang sangat seram merupakan wujud energi yang sangat besar dan liar, kemudian di transformasi melalui penyomyan menjadi energi besar yang bermanfaat untuk umat manusia dan alam. Inilah yang kemudian diarak mengitari buana agar energi ini bisa ditransmisikan di seluruh jagat untuk kemakmuran dan kesuburan, sehingga memberikan kesejahteraan yang berkesinambungan.


Ketua Panitia Lomba Ogoh-ogoh I Made Arnawa yang juga Keliang Banjar Wiryasari Amlapura, menjelaskan, seluruh peserta bahan-bahan Ogoh-ogohnya sudah menggunakan bahan alami sesuai anjuran pemerintah untuk kelestraian lingkungan, dan murni hasil karya Seka Truna-Truni. Lanjut Arnawa, rencana tahun depan lomba Ogoh-ogoh jumlah peserta ditingkatkan, setiap STT/ banjar wajib ikutserta lomba sehingga pesertanya menjadi 35 buah Ogoh-ogoh.

 

Apresiasi lomba Ogoh-ogoh datang dari Ketua Umum Yayasan Kstraia Keris Bali, I Ketut Putra Ismaya Jaya alias Jro Bima yang juga krama Banjar Adat Wiryasari Amlapura, Desa Adat Karangasem “Saya mengapresai pihak Desa Adat Karangasem yang kali pertama diadakan, ini semoga bisa berkesinambungan, dan hadiahnya serta kreasinya  terus meningkat. Juga sangat mendukung pihak penyelenggara melarang ketika sebelum dan saat mengarak Ogoh-ogoh tidak boleh minum minuman keras.


Sementara itu, sebelum dimulai gelaran lomba Ogoh-ogoh, siang menjelang sore hari digelar upacara Tawur Kesanga Tabuh Gentuh  tempat di Catus Pata Taman Budaya Candra Bhuwana Amlapura, Jumat (28/3). Dipuput dua orang sulinggih Ciwa-Budha, Ida Pedanda Gede Ketut Sidemen dari Geria Gelumpang, Kelurahan Karangasem dan Ida Pedanda Oka Shambawa dari Geria Alit Budakeling, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem. 

Hadir dalam kesempatan tersebut Bupati Karangasem yang diwakili Sekretaris Daerah, I Ketut Sedana Merta, ST, MT., jajaran Pemerintah Kabupaten Karangasem, undangan lainnya dan  krama 35 banjar se-Desa Adat Karangasem.

Jumat, 28 Maret 2025

Pemkab Tabanan Gelar Tawur Agung Kesanga di Catus Pata Kota Tabanan


Laporan Reporter : Tim Lpt Tabanan

Bali Kini  – Sebagai wujud sembah bakti dan pelestarian tradisi, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., bersama Ibu, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, didampingi oleh Wakil Bupati Tabanan, I Made Dirga, beserta istri, Ny. Budiasih Dirga, menghadiri Upacara Tawur Agung Kesanga yang digelar di Catus Pata Kota Tabanan, Jumat, (28/3). Upacara ini merupakan bagian dari rangkaian penyambutan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Caka 1947 Tahun 2025 yang dilaksanakan serentak oleh seluruh Desa Adat di Bali.



Pelaksanaan Tawur Agung Kesanga di Kota Tabanan secara rutin digelar di Catus Pata, yang merupakan titik nol Kota Tabanan, tepat di depan Patung Bung Karno, pada siang hari menjelang Catur Brata Penyepian. Tawur Agung Kesanga memiliki makna sakral sebagai upaya Nyomia Bhuta Kala ke alam. Ritual ini bertujuan untuk mensucikan alam semesta beserta isinya sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Upacara ini turut dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda dan Kepala Perangkat Daerah terkait, Jero Bendesa Adat Kota Tabanan dan Prajuru Adat se-jebag Tabanan, serta krama adat setempat.



Dalam kesempatan tersebut, Bupati Sanjaya menyampaikan apresiasi terhadap pelaksanaan ritual yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Tabanan setiap tahunnya.“Tujuan dari ritual yang rutin kita laksanakan setiap tahun ini, yang pada tahun ini jatuh pada Tahun Caka 1947 adalah untuk mengharmoniskan jagat Tabanan, jagat Bali, agar benar-benar sesuai dengan dresta agama kita. Sebelum memasuki Nyepi dengan Catur Brata Penyepian, ritual ini menjadi awal penyucian yang sangat penting bagi kita semua,” ujarnya.



Lebih lanjut, Sanjaya juga berharap agar seluruh masyarakat Tabanan dapat menjalankan Catur Brata Penyepian dengan baik dan penuh kesadaran. Ia berpesan, bahwa Nyepi adalah momen penting untuk introspeksi diri serta peningkatan spiritualitas diri yang harus dimaknai dengan baik. “Nyepi adalah wujud dari keheningan dan kedamaian yang bertumpu pada konsep Tri Hita Karana. Saya berharap, pelaksanaan Nyepi esok hari dapat berjalan lancar dan menjadi momentum bagi kita semua untuk merefleksikan diri serta meningkatkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan,” tambahnya.



Pun dengan pelaksanaan upacara Tawur Agung Kesanga ini, diharapkan masyarakat Tabanan semakin memahami dan melestarikan tradisi leluhur, serta menjadikan Hari Raya Nyepi sebagai kesempatan untuk membangun kedamaian dan keseimbangan dalam kehidupan. Begitu juga pihaknya berpesan agar dalam pengarakan ogoh-ogoh dan lainnya, diharapkan seluruh masyarakat dan pihak terkait selalu menjaga agar  situasi selalu kondusif, tidak ada euforia berlebihan, sehingga perayaan nyepi bisa kita laksanakan dengan damai

Rabu, 26 Maret 2025

PENGGUNAAN TUMBLER BAMBU SDN 2 JUNGUTAN DIAPRESIASI TURIS ASING

 


Laporan reporter: Tim Lpt Karangasem 


Bali Kini - Penggunaan tumbler (wadah minuman) dari bahan bambu yang dikenalkan oleh anak-anak SDN 2 Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem mendapat apresiasi dari seorang turis warga negara asing asal Amerika San Pransisco, namanya Simon Senter. 

Simon yang berprofesi guru di negaranya menggunakan Tumbler Bambu (TB) buatan siswa SDN 2 Jungutan saat dirinya sedang melakukan trekking di  Bukit Tenganan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Minggu (2/3/2025) lalu. 


TB digunakan Simon diperolehnya dari seorang pemandu trekking yang juga Kepala SDN 2 Jungutan, I Wayan Dresti Yasa, S. Pd., Gr. 

Penuturan I Wayan Dresti Yasa kepada penulis, turis asing Simon Senter penghobi trekking sangat mengapresiasi penggunaan TB dapat menekan penggunaan kemasan sekali pakai dan lebih sehat, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat jika penggunaan TB berkembang sangat masif. 


Awal penggunaan TB oleh anak-anak SDN 2 Jungutan seperti dijelaskan oleh sang kepala sekolah. 

Diawali dari surat edaran Sekretaris Daerah Provinsi Bali tentang pembatasan penggunaan bahan plastik. Dirinya berinisiatif manfaatkan sumberdaya alam dari masyarakat lokal di Dusun Kubu Pangi, Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, mengingat Desa Jungutan yang dikenal potensi pohon bambu sangat besar. 


Lanjut Dresti Yasa, berat biayanya jika anak-anak siswa membeli wadah minuman tumbler yang dijual di pasaran, akhirnya tercetus ide tumbler bahan bambu. 


Dikatakan Dresti Yasa, orang tua siswa sangat menyambut baik gagasan sekolah penggunaan TB, dan dibuatkan olah orangtuanya.


Yang pertama kali  membawa TB ke sekolah, Ni Kadek Setiawati siswa kelas VI. Kemudian hari-hari berikutnya diikuti oleh teman-teman lainnya 

Penggunaan serentak  TB oleh semua siswa dilounching tanggal 25 Pebruari 2025 lalu. 


Ukuran tumbler panjang 20-25 cm dilengakapi penutup dari bambu sekaligus sebagai gelas minumnya. 


Semua siswa 134 orang membawa TB, sebelumnya siswa membeli minuman di sekolah dalam keamanan plastik. 


"Saya terus merancang bagaimana TB tampilannya cantik, seni dan higienis agar menarik bagi pemakainya. Bambu diisi gambar dan tali tentengan, " Katanya Dresti Yasa.


Agar TB tetap higienis, dirinya mengedukasi anak didiknya agar rajin bersihkan TB dan dikeringkan. 


Pihaknya juga sudah mendapat pesanan dari pihak beberapa perorangan dibuatkan TB buatan SDN 2 Jungutan. 


Komitmen semua guru dan anak-anak siswa SDN 2 Jungutan dalam pencegahan kerusakan lingkungan dari sampah dengan menggunakan alat makan minum berbahan organik, mengurangi membeli snack dan makanan ringan dari pembungkus bahan plastik.


Juga pihaknya selalu berkoordinasi dengan Asobsi (Asosiasi Bank Sampah Indonesia) Kabupaten Karangasem untuk memanfaatkan sampah menjadi berkah

Selasa, 25 Maret 2025

Membludak Umat Melaksanakan Melasti di Pantai Padanggalak

 


Laporan Reporter : Jro Ari

Denpasar, Bali Kini - Beberapa desa adat telah mulai melaksanakan upacara Melasti yang menjadi rangkaian upacara menjelang hari raya Nyepi di Denpasar. Nampak ratusan umat Hindu Bali terlihat sejak siang hari sudah berdatangan di Pantai Padanggalak, Selasa (25/03).

Diketahui untuk kegiatan upacara Melasti dari Desa Adat Peguyangan bahkan sejak pagi sudah melakukan iring iringan membawa sejumlah Aci atau pratima dan sungsungan berupa pelawatan barong dan rangda. 

Mereka yang memang jaraknya jauh, berangkat dari Pura Desa langsung menuju lokasi pantai menggunkaan kendaraan disertai dengan gegamelan. Upacara Melasti sendiri dilaksanakan sebelum Hari Raya Nyepi, pada upacara ini segala perlengkapan persembahyangan atau pretima yang ada di pura disucikan dengan cara dibawa munuju sumber air baik itu ke laut atau sungai. Upacara ini sebagai simbol membersihkan kotoran alam dengan air kehidupan seperti di laut.

Khusus di Desa adat Kecamatan Buleleng, kota Singaraja di Kabupaten Buleleng yang melaksanakan Upacara Melasti dilakukan saat Purnama setelah Hari Nyepi. Namun untuk rangkaian upacara Pengrupukan atau Pecaruan tetap dilaksanakan sama sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh desa adat di Bali.

,


Denpasar , Bali Kini  - Beberapa desa adat telah mulai melaksanakan upacara Melasti yang menjadi rangkaian upacara menjelang hari raya Nyepi di Denpasar. Nampak ratusan umat Hindu Bali terlihat sejak siang hari sudah berdatangan di Pantai Padanggalak, Selasa (25/03).

Diketahui untuk kegiatan upacara Melasti dari Desa Adat Peguyangan bahkan sejak pagi sudah melakukan iring iringan membawa sejumlah Aci atau pratima dan sungsungan berupa pelawatan barong dan rangda. 

Mereka yang memang jaraknya jauh, berangkat dari Pura Desa langsung menuju lokasi pantai menggunkaan kendaraan disertai dengan gegamelan. Upacara Melasti sendiri dilaksanakan sebelum Hari Raya Nyepi, pada upacara ini segala perlengkapan persembahyangan atau pretima yang ada di pura disucikan dengan cara dibawa munuju sumber air baik itu ke laut atau sungai. Upacara ini sebagai simbol membersihkan kotoran alam dengan air kehidupan seperti di laut.

Khusus di Desa adat Kecamatan Buleleng, kota Singaraja di Kabupaten Buleleng yang melaksanakan Upacara Melasti dilakukan saat Purnama setelah Hari Nyepi. Namun untuk rangkaian upacara Pengrupukan atau Pecaruan tetap dilaksanakan sama sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh desa adat di Bali.

Senin, 24 Maret 2025

DESA ADAT KARANGASEM GELAR LOMBA OGOH-OGOH BERHADIAH 6 JUTA RUPIAH


Laporan Reporter :I Komang Pasek Antara

Karangasem , Bali Kini - Serangkaian upacara Tawur Kesanga, Jumat (28/3/2025)  mendatang, kali pertama Desa Adat Karangasem, Kelurahan Karangasem gelar parade ogoh-ogoh dan dilombakan berhadiah uang dan piala tetap. Lomba memperebutkan hadiah Rp6 juta yang dibagi kedalam masing-masing juara I, II dan III. Juara I berhak mendapat hadiah uang Rp3 juta, juara II Rp2 juta dan juara III Rp1 juta. 


Pengumuman dan penyerahan hadiah lomba akan diupayakan  disampaikan usai parade Ogoh-ogoh. 


Ketua Panitia Parade Ogoh-ogoh yang juga kepengurusan di Desa Adat Karangasem menjabat Koordinator Baga Palemahan, I Made Arnawa mengatakan, Minggu (23/3/2025) usai rapat bahas lomba Ogoh-ogoh dengan calon peserta. Jumlah peserta yang telah mendaftar 20 Ogoh-ogoh/Banjar termasuk partisipasi dari dua banjar/desa adat tetangga yakni Banjar Tampuagan, Desa Adat Tampuagan dan Banjar Susuan, Desa Adat Susuan


Kreteria lomba meliputi kekompakan peserta penggusung Ogoh-ogoh, semangat, disiplin saat berparade, mengedepankan unsur seni khas budaya Bali. Sedangkan wujud Ogoh-ogoh tema buta kala.

 

Lanjut Arnawa, Keliang Banjar Wiryasari Amlapura, rencana parade lomba akan dilepasa Bupati Karangasem, I Gusti Putu Parwata usai prosesi upacara Tawur Kesanga pukul 18.30 Wita di Catus Pata Taman Budaya Candra Bhuwana Amlapura, Jalan Lettu Sinta. 


Rute parade seputar Kota Amlapura, dilepas di Taman Budaya Candra Bhuwana - menuju catus pata - Jalan Gajah Mada - Terminal Amlapura - Jalan Diponegoro - pertigaan Tugu Pahlawan - Jalan Gatot Subroto - Jalan Teuku Umar -Jalan Patih Jelantik, dan berakhir di halaman parkir selatan Pura Jagatnatha.

 

Peserta diberikan kesempatan untuk peragaan pragmentari pendukung Ogoh-ogoh di lima titik lokasi sepanjang rute perjalanan yakni di  Catus Pata (perempatan Taman Budaya Candra Bhuwana), depan Pura Puseh Desa Adat Karangasem, dan depan Gedung Mall Pelayan Publik. 

Sedangkan juri lomba dari prajuru Desa Adat Karangasem. 


"Tujuan gelar parade dalam rangka metekatkan tali persaudaraan antar muda-mudi dan menampung talenta yang merela miliki terarah. Antar peserta bukanlah rival namun saudara sedesa",  jelas Arnawa. 


Terkait calon peserta lomba Ogoh-ogoh, beberapa keliang banjar yang penulis berhasil hubungi. 

I Wayan Banjar, Keliang Banjar Darma Darsana mengatakan, dirinya sangat mengapresiasi pihak Desa Adat Karangasem gelar parade Ogoh-ogoh dilombakan dan berhadiah. Hal tersebut dapat menumbuhkan kreatifitas seni dikalangan Seka Teruna Truni. Pihaknya mengikuti lomba satu buah Ogoh-ogoh yang diberi nama "Bhatara Kala" dengan biaya diperkirakan Rp10 juta lebih, dan hampir rampung baru 95℅ sejak mulai dikerjakan bulan Pebruari lalu. 


Sementara itu Banjar Taman Sudarma, Jalan Ngurah Rai, melalui keliangnya I Made Dirganata, S. T. melalui  WatsApp mengatakan, banjarnya ikut berpartisiasi menyertakan satu buah Ogoh- ogoh juga diberi nama "Bhuta Kala" Lanjut Dirganata, pengerjaan Ogoh- ogoh oleh krama banjarnya yang telah dimulai sejak awal bulan Pebruari lalu, dan diperkirakan telan biaya Rp7 jutaan.


Bendesa Adat Karangasem, I D.G. Ngurah  Surya Y Anom menegaskan, agar semua  peserta penggusung Ogoh-ogoh tidak minum alkhohol ketika akan berparade, dan kami 

desa adat akan tegas dalam hal ini, kalau perlu akan melarang mereka berparade. 

Surya Anom meminta, Ogoh-ogoh dan peserta/penggusung harus ikut dalam upacara pecaruan. Tawur Kesanga di Taman Budaya Candra Bhuana. Juga Ogoh-ogoh yang diikutkan lomba mesti diupacarai mlaspas pasupati, dan usai diarak hendaknya diprelina.

Kamis, 20 Maret 2025

83 Ogoh-ogoh Ramaikan Pawai Ogoh-ogoh Anak Usia Dini di Jembrana.


Laporan Reporter : Tim Lpt Jembrana 

Bali Kini - Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan dan Wakil Bupati Jembrana Patriana Krisna membuka pawai Ogoh-ogoh anak usia dini se Kabupaten Jembrana di Simpang Tiga Surapati, Barat Pura Jagatnatha Jembrana pada Selasa 18 Maret 2025.


Kegiatan yang mengambil tema Paraspara Sahāya Alikya Šakti "KEKUATAN PERSATUAN DALAM GOTONG ROYONG", diikuti oleh 33 Kontingen dengan total 83 ogoh-ogoh. Pawai Ogoh-ogoh ini merupakan kolaborasi antara Peradah Jembrana, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pokja Bunda PAUD Kabupaten Jembrana dan organisasi lainnya seperti IGTKI, Himpaudi dan Yayasan Pandan Sari Acarya.


Bupati Kembang Hartawan mengaku bangga melihat anak-anak Jembrana bisa melakukan pawai ogoh-ogoh. Selain bangga, dirinya juga tidak khawatir lagi bahwa dalam 100 tahun kedepan, generasi penerus budaya dan tradisi akan tetap ada.


"Saya bangga melihat anak-anak Jembrana melakukan pawai ogoh-ogoh, kita tidak khawatir lagi dalam 100 tahun kedepan generasi penerus budaya dan tradisi Jembrana akan tetap ada,"  tandasnya.


Sementara itu, ketua panitia acara A.A.B.Hendra Sugihantara Putra dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran Bupati Jembrana dan para undangan

semuanya serta dukungan dari berbagai pihak


"Mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat bahwa di balik setiap ogoh-ogoh yang kita lihat, ada harapan impian, dan semangat yang berkobar dari anak-anak kita. Mereka adalah masa depan bangsa, pewaris tradisi, dan penjaga budaya kita," ucap Hendra.

Walikota Jaya Negara Ngupasaksi Upakara Munggel Pelawatan di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu.

 


Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menghadiri sekaligus ngupasaksi Upakara Munggel Pelawatan Barong dan Rangda di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu, Desa Padangsambian Kelod yang dilaksanakan bertepatan dengan Rahina Budha Kliwon Wuku Gumbreg, Rabu (19/3). 


Laporan Reporter : Agus 

Denpasar, Bali Kini - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menghadiri sekaligus ngupasaksi Upakara Munggel Pelawatan Barong dan Rangda di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu, Desa Padangsambian Kelod yang dilaksanakan bertepatan dengan Rahina Budha Kliwon Wuku Gumbreg, Rabu (19/3). Upakara tersebut dilaksanakan serangkaian tahapan Ngodakin (Perbaikan) Pelawatan di pura tersebut. 


Turut hadir Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Badung, I Nyoman Graha Wicaksana, Camat Denpasar Barat, Ida Bagus Made Purwanasara, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara, Bendesa Adat Kerobokan, Gusti Agung Putu Sutarsa, Perbekel Desa Padangsambian Kelod, I Gede Wijaya Saputra, serta krama adat di lingkungan Padangsumbu. 


Diiringi gambelan dan kidung, rangkaian Upakara Munggel Pelawatan Barong dan Rangda di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu, Desa Padangsambian Kelod berlangsung khidmat. Diawali dengan persembahyangan bersama, serta dilanjutkan dengan nuntun Ida Bhatara untuk selanjutnya dilaksanakan proses ngodakin.


Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi atas kekompakan krama Padangsumbu, Desa Padangsambian Kelod dalam melaksanakan upakara ini. Hal ini menunjukan bahwa sepirit vasudhaiva kutumbakam dan menyama braya terlaksana erat oleh krama. Hal ini juga menjadi sebuah momentum untuk menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana. 


"Dengan pelaksanaan Upakara Munggel Pelawatan Barong dan Rangda di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu ini mari kita tingkatkan sradha bhakti kita sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan sebagai impelementasi Tri Hita Karana, dan semoga seluruh rangkaian proses Ngodakin (Perbaikan) Pelawatan dapat berjalan lancar sesuai harapan krama, " ujar Jaya Negara. 


Sementara, Manggala Pura, I Wayan Nik Selamat mengatakan bahwa Upakara Munggel Pelawatan Barong dan Rangda di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu inin dilaksanakan sebagai langkah awal dalam proses Ngodakin (Perbaikan) Pelawatan. Hal ini lantaran pelawatan yang berada di Pura Sor Waringin Ulun Desa Padangsumbu ini sudah mengalami kerusakan. 


“Awalnya krama berkeinginan untuk ngayum, namun demikian setelah dilaksanakan pengecekan, sebagian besar piranti pelawatan sudah tidak bisa digunakan kembali, sehingga atas kesepakatan krama diputuskan untuk ngodakin,” ujarnya. 


Adapun Pelawatan yang turut diperbaiki yakni Pelawatan Barong, Pelawatan Rangda, Pelawatan Telek, dan Pelawatan Jauk. Pihaknya juga turut menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan semua pihak. Baik Pemerintah Kota Denpasar, Pemerintah Kabupaten Badung serta krama yang telah bergotong royong dalam mendukung kegiatan ini. 


“Harapan kami semoga kegiatan ini berjalan lancar sebagai bentuk sradha bhakti kepada ida sesuhunan,” ujarnya. 

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved