Harmoni Umat Hindu dan Muslim Sembahkan Hasil Bumi Sebagai Rasa Syukur
Laporan reporter: Gusti Ayu Purnamiasih
Karangasem, Bali Kini– Warga Desa Bukit, Karangasem, kembali melaksanakan tradisi turun-temurun Sarining Taun Nyegara Gunung, Senin (14/5/2025), sebuah upacara tahunan sebagai wujud syukur atas hasil bumi. Tradisi ini menjadi simbol kerukunan umat Hindu dan Muslim. Mereka bersama-sama membawa Pajegan / Pajegan Wale ke segara (laut), sebelum berpisah untuk bersembahyang di tempat masing-masing.
Umat Hindu melanjutkan persembahyangan ke Pura Linggayoni, sementara warga Muslim berziarah ke Makam Datuk Mas Pakel atau dikenal juga sebagai Sunan Mumbul, yang merupakan leluhur/ cikal bakal adanya warga Muslim di Desa bukit, Karangasem. Mereka berjalan beriringan menuju laut, membawa pajegan berisi hasil panen desa seperti rambutan dan durian, mengenakan pakaian adat masing-masing.
Perbekel Desa Bukit, I Gusti Ngurah Widnyana, mengatakan bahwa upacara tahun ini menjadi momen membangkitkan kembali tradisi Sarining Taun yang sempat tidak terlaksana. “Kami dari pemerintahan desa memfasilitasi dan mendukung penuh pelaksanaan upacara ini. Dengan menghadirkan Sarining Taun, kami berharap bisa menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ujarnya.Pajegan Wale juga dibawa oleh warga Muslim Saren Jawa / Sasak Jawa sebagai bentuk syukur yang ditujukan ke makam leluhur.
Upacara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, di antaranya I Gusti Bagus Subagiarta (Ode) dan I Gusti Ayu Mas Sumantri selaku mantan Bupati yang juga mewakili Bupati Karangasem Gusti Putu Parwata.
Tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Karangasem, Ode, memberikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan tradisi ini. “Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat Desa Bukit kepada leluhur, dengan menghaturkan hasil bumi. Mudah-mudahan melalui upacara ini, rasa toleransi antarumat beragama di Desa Bukit menjadi spirit keharmonisan yang bisa disebarkan ke seluruh Bali,” ungkapnya.
Tradisi Sarining Taun Nyegara Gunung merupakan warisan perintah dari Raja Karangasem di masa lalu, sebagai simbol keharmonisan antara umat Hindu dan Muslim di Desa Bukit. Semangat toleransi dan kebersamaan ini terus dijaga hingga kini, menjadi contoh nyata persaudaraan lintas agama di Bali.
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram