-->

Senin, 16 Desember 2024

Siaran Tanpa Naskah, Penyiar Radio Cenderung Ngelindur

Siaran Tanpa Naskah, Penyiar Radio Cenderung Ngelindur

 


DENPASAR, BALI KINI - Dalam dunia penyiaran radio, naskah siaran sering kali dipandang sebagai elemen yang sepele. Namun, saat acara Pelatihan Dasar-Dasar Penyiaran Radio yang diselenggarakan oleh Radio Komunitas Voice of Trisma di Denpasar pada Senin (16/12), Nengah Muliarta, Komisioner Komisi Penyiaran Daerah (KPID) Bali periode 2014-2017, menegaskan pentingnya naskah siaran dalam menjaga kualitas penyiaran. Muliarta, yang juga merupakan akademisi di Universitas Warmadewa, berbagi pandangannya mengenai konsekuensi dari siaran tanpa naskah, yang ia sebut dengan istilah "ngelindur".


Muliarta mengawali penjelasannya dengan menggarisbawahi bahwa naskah siaran bukan hanya sekedar catatan, tetapi merupakan panduan struktur yang jelas. "Tanpa naskah, penyiar cenderung kehilangan arah. Naskah memberikan kerangka kerja yang membantu penyiar menjaga alur dan fokus dalam menyampaikan informasi," ujarnya. Dalam pengalaman Muliarta, banyak penyiar yang terjebak dalam kebingungan saat tidak memiliki panduan, sehingga menyebabkan informasi yang disampaikan menjadi tidak terstruktur dan sulit dipahami oleh pendengar.


Kejelasan pesan juga menjadi salah satu poin penting yang disampaikan oleh Muliarta. Ia menjelaskan bahwa naskah berfungsi untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan jelas dan tidak ada informasi penting yang terlewatkan. "Siaran yang tidak terencana dapat mengakibatkan penyampaian informasi yang ambigu atau bahkan salah. Ini bisa berbahaya, terutama jika informasi yang disampaikan berkaitan dengan isu yang sensitif," tambahnya. Dalam konteks ini, Muliarta menyoroti bahwa naskah dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan secara utuh dan jelas kepada pendengar.


Mengurangi kesalahan adalah aspek lain yang tidak kalah penting. Dalam siaran radio, penyiar sering kali harus menyebutkan angka, nama, atau fakta penting yang memerlukan ketelitian. "Tanpa naskah, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penyampaian informasi sangat tinggi," kata Muliarta. Hal ini bisa mengakibatkan kebingungan di kalangan pendengar dan merusak kredibilitas penyiar. Naskah, dalam hal ini, berfungsi sebagai pengingat dan referensi yang dapat diandalkan.


Muliarta juga mengingatkan para penyiar agar tidak asal comot informasi, terutama dari media sosial yang belum terverifikasi keakuratannya. "Informasi yang tidak jelas sumbernya bisa saja berupa hoaks. Penyiar harus memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar dan dapat dipercaya. Jangan sampai penyiar justru menyebarkan informasi yang salah," tegasnya. Sikap skeptis terhadap informasi yang beredar di media sosial sangat penting agar penyiar tidak terjebak dalam penyebaran hoaks.


Manajemen waktu juga menjadi fokus yang disampaikan oleh Muliarta. Naskah siaran memungkinkan penyiar untuk mengatur waktu dengan lebih baik. "Setiap segmen dalam siaran perlu mendapatkan perhatian yang cukup. Naskah membantu penyiar untuk mematuhi jadwal dan memastikan bahwa semua topik yang direncanakan dapat dibahas dalam waktu yang telah ditentukan," ungkapnya. Dengan manajemen waktu yang baik, siaran dapat berjalan dengan lancar tanpa ada bagian yang terlewat atau terburu-buru.


Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi penyiar adalah ketegangan dan kecemasan saat bersiaran. Muliarta menegaskan bahwa memiliki naskah dapat mengurangi tekanan tersebut. "Dengan naskah, penyiar memiliki panduan yang dapat diandalkan. Ini membuat mereka merasa lebih percaya diri dan tenang saat berbicara di depan mikrofon," jelasnya. Ketenangan ini sangat penting, terutama dalam situasi siaran langsung di mana kesalahan kecil dapat memiliki dampak besar.


Interaksi dengan pendengar atau tamu juga menjadi lebih mudah dengan adanya naskah. Muliarta menjelaskan bahwa naskah dapat memberikan pertanyaan atau topik yang sudah disiapkan sebelumnya, sehingga penyiar dapat melakukan interaksi dengan lebih lancar dan terarah. "Naskah membantu menjaga kualitas diskusi dan memastikan bahwa semua aspek penting dibahas," kata Muliarta.


Terakhir, Muliarta menyoroti fungsi naskah sebagai dokumen penguat dalam hal terjadi kesalahan. "Naskah siaran dapat menjadi bukti saat ada pihak yang menyatakan bahwa penyiar melakukan kesalahan dalam menyampaikan informasi. Ini sangat penting untuk melindungi penyiar dan stasiun radio dari tuntutan atau tuduhan yang tidak berdasar," ujarnya. Dengan demikian, naskah bukan hanya berfungsi sebagai panduan selama siaran, tetapi juga sebagai alat perlindungan yang vital.


Dalam penutupan sesi pelatihan, Muliarta menegaskan bahwa siaran tanpa naskah bukan hanya berisiko, tetapi juga dapat merusak reputasi penyiar dan stasiun radio. "Penyiar yang tidak mempersiapkan naskah dengan baik berpotensi untuk 'ngelindur', yang artinya menyampaikan informasi yang tidak jelas atau bahkan salah. Ini bukan hanya merugikan mereka sendiri, tetapi juga pendengar yang bergantung pada informasi yang akurat," pungkasnya.


Dengan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya naskah siaran, diharapkan para peserta pelatihan dapat menerapkan ilmu tersebut dalam praktik penyiaran mereka dan menjaga kualitas informasi yang disampaikan kepada publik.[ML]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved