-->

Rabu, 03 Juli 2024

Pengerajin Kain Endek Klungkung Didorong Beralih ke Green Produt untuk Bersaing di Era Digital

 Pengerajin Kain Endek Klungkung Didorong Beralih ke Green Produt untuk Bersaing di Era Digital


Klungkung, Bali Kini , 
Para pengrajin kain endek di Kabupaten Klungkung, Bali, didorong untuk mengembangkan Green Product (produk hijau atau ramah lingkungan) dalam rangka meningkatkan daya saing mereka di era digital. Dorongan ini disampaikan oleh Dr. Made Setini, S.Kom., M.M,., NPDM. Akademisi Universitas Warmadewa, dalam kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Pengembangan Kelompok Inovasi Kain Endek Dalam Mendorong Digitalisasi UMKM di Kabupaten Klungkung, Bali” yang diselenggarakan oleh Universitas warmadewa bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogordi di Klungkung pada Selasa (2/7).


Setini menjelaskan bahwa untuk mampu bersaing  di era digital INOVASI harus dilakukan terutama terkait denga  pengembangan produk dan pemasaran tetapi lebih awal adalah focus ke produk,  adanya  mengembangkan produk hijau  membuat para pengrajin kain endek dapat menarik minat konsumen yang semakin sadar akan kelestarian lingkungan. "Konsumen zaman sekarang semakin peduli dengan lingkungan, dan mereka lebih memilih produk yang ramah lingkungan," kata Setini.


Setini menambahkan bahwa pengembangan produk hijau juga dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk kain endek. "Produk hijau memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk biasa," jelasnya.  Dikatakan pula bahwa adanya pengembangan produk tentu terlebih dahulu harus diawali dengan STP (Segmentasi, Targeting, dan Posisi Pasar) yang akan disasar.  Segmentasi pasar millennial menjadi target utama dalam pemasaran  karena  generasi ini adalah generasi penerus untuk Kain Endek yang menjadi warisan Budaya. 


Lanjut dikatakan oleh Setini adanya  STP akan memudahkan dalam penggunaan digital yang dijadikan mediasi promosi, tetapi sebelum hal tersebut dilakukan tentunya yang menjadi dasar utama penciptaan produk yang berbeda atau produk yang DIfferensiasi, salah satunya adalah produk hijau, dimana salah satu cara untuk mengembangkan produk hijau adalah dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan. Pewarna alami ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menghasilkan warna yang lebih indah dan tahan lama.


Setini juga menyarankan para pengrajin kain endek untuk menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan, seperti sutra dan katun organik. Bahan baku yang ramah lingkungan ini akan membuat produk kain endek lebih berkualitas dan lebih diminati oleh konsumen, ditambah lagi adanya adopsi digital,  yaitu penggunaan media  Whatspp, IG, Facebook, dan E-commerce ,  adanya Inovasi produk hijau tentu akan mendorong penciptaan Brand Image, dengan  segmentasi pasarnya adalah generasi millennil  yang melek teknologi”, Menurutnya.

Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si yang juga merupakan akademisi Universitas Warmadewa menyampaikan green product bukan sebatas menggunakan bahan-bahan dari alam, namun yang lebih penting industri atau usaha yang dikelola mampu memanfaatkan atau mengolah limbahnya. Pengolahan limbah oleh industri akan menghasilkan produksi bersih, sehingga mengurangi eksploitasi terhadap sumber daya alam.


“Pengelolaan limbah menjadi kewajiban bagi industri, sebagai bagian dari pengelolaan limbah berbasis sumber, sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali. Pengelolaan limbah oleh industry juga menjadi upaya dalam mengimplementasikan konsep zero waste” tegas Muliarta.


Menurut Muliarta, apabila industry mampu mengimplementasikan green product maka akan memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Harga produk yang dihasilkan juga akan ditawar lebih tinggi karena memiliki nilai tambah dibandingkan produk sejenis lainnya.


Sedangan akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. I Putu Santikayasa, M.Sc menjelaskan tantangan dalam dunia industry khususnya fasion saat ini adalah mampu berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi pemicu pemanasan global. Apalagi industry fashion berkontribusi terhadap emisi karbon global mencapai 8%.

“Secara tidak sadar kita bertanggung jawab terhadap dari apa yg terjadi, makanya saatnya menggunakan bahan alam untuk mengurangi emisi. Belum lagi untuk membuat satu potong pakaian membutuhkan 2.700 l. Jadi sangat jelas fashion memberikan dampak pada lingkungan” papar Santikayasa. 


Sementara Ketua Kelompok Pengerajin Kain Endek Tini Shop, Tini Purwanti berkomitmen untuk mengembangkan green product. Namun ia berharap adanya pendampingan, khususnya dalam pemasaran green product hingga ke konsumen.


“Kami berkomitmen untuk menggunakan bahan-bahan lokal dan melakukan pengelolaan limbah, namun kami sangat berharap bisa dibantu pemasaran produk dari pengerajin hingga ke konsumen bisa lebih optimal” ungkap Tini PurwantiPengerajin Kain Endek Klungkung Didorong Beralih ke Green Produt untuk Bersaing di Era Digital


Klungkung, 2 Juli 2024 - Para pengrajin kain endek di Kabupaten Klungkung, Bali, didorong untuk mengembangkan green product (produk hijau atau ramah lingkungan) dalam rangka meningkatkan daya saing mereka di era digital. Dorongan ini disampaikan oleh Dr. Made Setini, S.Kom., M.M, Akademisi Universitas Warmadewa, dalam kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Pengembangan Kelompok Inovasi Kain Endek Dalam Mendorong Digitalisasi UMKM di Kabupaten Klungkung, Bali” yang diselenggarakan oleh Universitas warmadewa bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogordi di Klungkung pada Selasa (2/7).


Sentini menjelaskan bahwa dengan mengembangkan produk hijau, para pengrajin kain endek dapat menarik minat konsumen yang semakin sadar akan kelestarian lingkungan. "Konsumen zaman sekarang semakin peduli dengan lingkungan, dan mereka lebih memilih produk yang ramah lingkungan," kata Setini.


Sentini menambahkan bahwa pengembangan produk hijau juga dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk kain endek. "Produk hijau memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk biasa," jelasnya.


Salah satu cara untuk mengembangkan produk hijau adalah dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan. Pewarna alami ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menghasilkan warna yang lebih indah dan tahan lama.


Sentini juga menyarankan para pengrajin kain endek untuk menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan, seperti sutra dan katun organik. "Bahan baku yang ramah lingkungan ini akan membuat produk kain endek lebih berkualitas dan lebih diminati oleh konsumen," tuturnya.


Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si yang juga merupakan akademisi Universitas Warmadewa menyampaikan green product bukan sebatas menggunakan bahan-bahan dari alam, namun yang lebih penting industri atau usaha yang dikelola mampu memanfaatkan atau mengolah limbahnya. Pengolahan limbah oleh industri akan menghasilkan produksi bersih, sehingga mengurangi eksploitasi terhadap sumber daya alam.


“Pengelolaan limbah menjadi kewajiban bagi industri, sebagai bagian dari pengelolaan limbah berbasis sumber, sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali. Pengelolaan limbah oleh industry juga menjadi upaya dalam mengimplementasikan konsep zero waste” tegas Muliarta.


Menurut Muliarta, apabila industry mampu mengimplementasikan green product maka akan memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Harga produk yang dihasilkan juga akan ditawar lebih tinggi karena memiliki nilai tambah dibandingkan produk sejenis lainnya.


Sedangan akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. I Putu Santikayasa, M.Sc menjelaskan tantangan dalam dunia industry khususnya fasion saat ini adalah mampu berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi pemicu pemanasan global. Apalagi industry fashion berkontribusi terhadap emisi karbon global mencapai 8%.

“Secara tidak sadar kita bertanggung jawab terhadap dari apa yg terjadi, makanya saatnya menggunakan bahan alam untuk mengurangi emisi. Belum lagi untuk membuat satu potong pakaian membutuhkan 2.700 l. Jadi sangat jelas fashion memberikan dampak pada lingkungan” papar Santikayasa. 


Sementara Ketua Kelompok Pengerajin Kain Endek Tini Shop, Tini Purwanti berkomitmen untuk mengembangkan green product. Namun ia berharap adanya pendampingan, khususnya dalam pemasaran green product hingga ke konsumen.


“Kami berkomitmen untuk menggunakan bahan-bahan lokal dan melakukan pengelolaan limbah, namun kami sangat berharap bisa dibantu pemasaran produk dari pengerajin hingga ke konsumen bisa lebih optimal” ungkap Tini Purwanti [ml]

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved