Karangasem, Bali Kini - Ritual Perang Pandan atau geret pandan merupakan salah satu ritual unik yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali dilaksanakan kembali pada hari Rabu, (5/6/2024). Ritual yang bersenjatakan daun pandan ini digandrungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Ritual dalam perang pandan, dilaksanakan sebagai simbolisasi dari Dewa Indra yang merupakan manifestasi Tuhan sebagai Dewa Perang. Dimana masyarakat Desa Tenganan menganut agama Hindu Dharma dalam sekta Dewa Indra.
Tamping Takon Tebenan, Putu Suarjana mengatakan jika truna (sebutan remaja laki-laki di desa Tenganan) yang ikut dalam ritual Geret Pandan ini dapat diartikan sudah dewasa. "Dalam ritual upacara Perang Pandan ini merupakan konsep kedewasaan kami, masyarakat adat kami menganggap dewasa itu bukan karena sudah berusia 17 tahun atau bukan karena perempuan sudah menstruasi, tetapi mereka dianggap dewasa oleh adat jika sudah melakukan tahapan upacara ini," Katanya.
Karangasem, Bali Kini - Ritual Perang Pandan atau geret pandan merupakan salah satu ritual unik yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali dilaksanakan kembali pada hari Rabu, (5/6/2024). Ritual yang bersenjatakan daun pandan ini digandrungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Ritual dalam perang pandan, dilaksanakan sebagai simbolisasi dari Dewa Indra yang merupakan manifestasi Tuhan sebagai Dewa Perang. Dimana masyarakat Desa Tenganan menganut agama Hindu Dharma dalam sekta Dewa Indra.
Tamping Takon Tebenan, Putu Suarjana mengatakan jika truna (sebutan remaja laki-laki di desa Tenganan) yang ikut dalam ritual Geret Pandan ini dapat diartikan sudah dewasa. "Dalam ritual upacara Perang Pandan ini merupakan konsep kedewasaan kami, masyarakat adat kami menganggap dewasa itu bukan karena sudah berusia 17 tahun atau bukan karena perempuan sudah menstruasi, tetapi mereka dianggap dewasa oleh adat jika sudah melakukan tahapan upacara ini," Katanya.
Dengan mengikuti ritual Perang Pandan, maka siklus hidup dari Truna dan Deha (penyebutan remaja perempuan) sudah meningkat ke level dewasa oleh adat, sehingga mereka harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap tempat ia lahir dan bertanggungjawab meneruskan adat budaya yang telah diwariskan kepada mereka.
Saat ritual, kedua truna saling bertanding saling geret dengan Duri Pandan. Dilakukan hingga kedua peserta terluka, mengeluarkan darah. Dimana, darah yang menetes dari ritual inilah inti dari ritual tersebut. "Ketika kita tergores itu pasti ada darah dan darah itu dalam kepercayaan kami, setetes darah itu yang menyeimbangkan alam. Karena kami di sini masih percaya dengan adanya Roh halus yang bergentayangan. Sehingga dengan adanya Tetesan Darah, alam kami ini akan seimbang," Katanya. Tak hanya darah dari berperang antar truna, hal tersebut dapat bermakna sama dengan dilaksanakannya sabung ayam dalam rentetan ritual Usabha Sambah Desa Tenganan.
Sementara, Deha berperan dalam membuat obat bagi untuk para truna yang terluka. "Obat tersebut harus dan wajib dibuat oleh Deha, karena deha itu dianggap masih suci," Kata Suarjana. Obat untuk mengobati luka usai Perang Pandan hanya menggunakan bahan herbal yakni Kunyit, Isen dan Cuka. Obat tersebut dioleskan ke luka dan biasanya, dalam 3 hari saja luka tersebut akan kering. (Ami)
Dengan mengikuti ritual Perang Pandan, maka siklus hidup dari Truna dan Deha (penyebutan remaja perempuan) sudah meningkat ke level dewasa oleh adat, sehingga mereka harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap tempat ia lahir dan bertanggungjawab meneruskan adat budaya yang telah diwariskan kepada mereka.
Saat ritual, kedua truna saling bertanding saling geret dengan Duri Pandan. Dilakukan hingga kedua peserta terluka, mengeluarkan darah. Dimana, darah yang menetes dari ritual inilah inti dari ritual tersebut. "Ketika kita tergores itu pasti ada darah dan darah itu dalam kepercayaan kami, setetes darah itu yang menyeimbangkan alam. Karena kami di sini masih percaya dengan adanya Roh halus yang bergentayangan. Sehingga dengan adanya Tetesan Darah, alam kami ini akan seimbang," Katanya. Tak hanya darah dari berperang antar truna, hal tersebut dapat bermakna sama dengan dilaksanakannya sabung ayam dalam rentetan ritual Usabha Sambah Desa Tenganan.
Sementara, Deha berperan dalam membuat obat bagi untuk para truna yang terluka. "Obat tersebut harus dan wajib dibuat oleh Deha, karena deha itu dianggap masih suci," Kata Suarjana. Obat untuk mengobati luka usai Perang Pandan hanya menggunakan bahan herbal yakni Kunyit, Isen dan Cuka. Obat tersebut dioleskan ke luka dan biasanya, dalam 3 hari saja luka tersebut akan kering. (Ami)
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram