Karangasem, Bali Kini - Tradisi Siat Api di Desa Duda Kecamatan Selat Karangasem kembali digelar, Kamis (8/2/2024).
Pagelaran Siat Api kali ini berbeda dengan sebelumnya, dimana pembukaan Siat Api menampilkan tarian Hyang Baka Geni. Menampilkan karakter Sang Hyang Agni yang memiliki makna api dan panas, dalam bentuk manifestasi dewa Brahma dikenal dengan kesaktiannya dapat membinasakan dan membasmi segala bentuk kejahatan yang mengotori bumi dengan api saktinya.
Komposer dari tarian ini ialah I Made Adyaksa Pramarta dan Wayan Suardana dengan koreografi I Wayan Arimbawa. Api yang diimplementasikan ke dalam Tari kreasi baru dengan karakter api yang berkobar menggambarkan semangat dan euforia tradisi Siat Api dengan properti kipas sebagai kobaran api dan gerak cekatan menggambarkan rasa semangat yang nantinya dapat memberikan aura positif dalam tradisi Aci Siat Api.
Kostum yang menawan didominasi dengan warga merah dan jingga serta rumbai yang erat kaitannya dengan simbolissasi api ini dibuat oleh Petak Sikap. Didukung dan dibawakan oleh Seke Truna Yowana Sida Karya Banjar Adat Pegubugan.
Menurut Bendesa Adat Selat Duda, I Komang Sujana mengatakan jika makna dari tarian ini sendiri menceritakan bagaimana gambaran api yang ada didalam diri kita sendiri.
"Sejatinya kekuatan busuk yang besar itu ada di dalam diri. Nah inilah makna dari Siat Api ini bagaimana kita mengelola api yang ada dalam diri kita sendiri. Api mempunyai ada dua sisi dimensi. Ketika kita mengelola api dengan baik maka energi yang positiflah yang kita masukkan ke dalam diri, sebaliknya jika salah mengelola api maka energinya menjadi negatif," katanya. Penampilan Tari Hyang Baka Geni dilanjutkan dengan aksi Siat Api.
Untuk diketahui, tradisi ini dilaksanakan serangkaian upacara Metabuhin di Pura Puseh/Bale Agung Desa Adat Duda yang merupakan awal dari digelarnya berbagai ritual yang dilaksanakan kerama desa Duda. Dilaksanakan di atas jembatan Tukad Sangsang yang melintasi wilayah Desa Adat Duda yang juga digunakan batas Desa dinas Duda dengan Desa dinas Duda Timur.
Pelaksanaannya biasa dilakukan 1 bulan sebelum perayaan Nyepi. Dimana pesertanya ialah para yowana yang berasal dari 2 kubu yakni kubu dari Barat Tukad Sangsang dan Timur Tukad Sangsang. Dengan berbekal senjata prakpak yang berjejer di lebuh paumahan kerama sehabis "metektek prus" yang digunakan untuk melakukan ritual "perang"/"siat" yakni untuk memukul lawan.
Meski mengalami luka, para peserta mengaku jika luka tersebut tidak akan bertahan lama. Menurut salah satu peserta yang mengalami luka bercak merah di dada, mengaku jika luka kecil tersebut akan hilang dengan sendirinya. "Tidak apa-apa bisa dinetralkan dengan Tirta, besok akan hilang dengan sendirinya," katanya.
Rangkaian awal dalam pelaksanaan Siat Api ini ialah melaksanakan upacara metabuhin yang bertujuan sebagai pembersihan secara niskala seluruh wilayah kekuwub Desa Adat Duda yang meliputi 27 banjar adat. Metabuhin ini diawali dengan petedunan Desa Pitulikur (27) untuk mempersiapkan sesajen termasuk salah satunya membuat olahan mangong sebagai salah satu sarana unik dalam upacara ini. Olahan mangong ini khusus dibuat di sebuah bagunan saka pat suci di Jaba Sisi/teben yang dikenal dengan Bale Mangong.
Siat ini dilakukan minimal sebanyak tiga putaran dan diselingi dengan istirahat, putaran berikutnya kembali menari dan dilanjutkan saling menyerang dengan senjata prakpak dan diakhiri dengan sorak sorai kegembiraan dari kedua kubu yang disemangati dengan tabuh baleganjur. (Ami)
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram