Balikini.Net - Leak bagi masyarakat awam di Bali selalu di identikkan dengan makhluk berwajah seram dan bertaring. Secara fisik leak juga selalu digambarkan tampilan yang besar dan menyeramkan. Cerita terkait leak telah ada sejak lama dan turun temurun, serta dibumbui informasi-informasi yang membuat gambaran tentang leak menjadi sangat jahat dan menakutkan.
Kenyataanya Leak
merupakan ajaran sastra suci Bali yang tertuang dalam lontar , yang bila
diucapkan dengan daya cipta, sehingga seseorang bisa mengubah diri menjadi
apapun yang ada dalam pikiranya mereka .
Menurut salah satu tokoh spiritual Ida
Bagus Supardana dari Marga Cau Tua Tabanan saat di temui balikini (4/1/2017) mengutarakan
Leak itu real dan nyata adanya. Mitos yang berkembang selama ini telah
menyebabkan leak dipersepsikan sebagai mahkluk yang menyeramkan. Padahal leak
sebenarnya adalah sebuah ajaran suci. “sesunguhnya Leak itu ajaran
spiritual yang bisa berubah bentuk menjadi apa saja “ ujar Supardana.
Supardana yang telah mewarisi Ilmu
Pengeliak secara turun temurun ini ,juga pernah mendalami ilmu ini ke India
selama tiga tahun menjelaskan bahwa ilmu ini tidaklah jahat namun jika di salah
gunakan oleh orang yang salah maka dia akan menjadi negatif .
Supardana mengungkapkan siapapun bisa
mempelajari aliran mistik yang mampu mengubah bentuk tersebut. Dalam
mempelajari ilmu Leak juga tidak ada batasan usia, yang penting ada kemampuan
niat dan konsentrasi. Selain tekun mempelajari sastra suci Bali dan diucapkan
dengan daya cipta yang kuat akan terwujud sesuai dengan keinginan .
Supardana , menegaskan Leak bukan hanya
ditemukan di daerah tertentu saja melainkan tersebar di hampir seluruh kawasan
di Bali. Namun derasnya arus budaya luar, membuat aliran spiritual Leak itu
merangsek ke pedalaman di Bali yang saat ini masih masih di yakini masyarakat
Bali .
Leak bukan makhluk yang dijadikan untuk
pesugihan, tapi menjadi sebuah ilmu yang menarik bagi orang-orang yang pecandu
sastra kuno Bali. Anggapan bahwa mempelajari leak tidak menghasilkan apa-apa diduga
akan menyebabkan aliran mistik tersebut mulai ditinggalkan. Namun kenyataanya di
tengah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan jusru ilmu ini diam –diam
kembali di bangkitkan sejumlah tokoh spiritual di Bali.
Pengelingsir Griya Cau Marga
ini,mengatakan dalam aksara Bali tidak ada yang disebutkan leak melainkan “ liya, ak’ yang artinya lima aksara. Aksara
tersebut yaitu Si mencerminkan Tuhan, Wa adalah anugerah, Ya adalah jiwa, Na
adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan dan Ma adalah egoisme yang membelenggu
jiwa. Kekuatan aksara ini disebut lima api.
Manusia mempelajari kerohanian apapun,
pasti akan mengeluarkan cahaya atau aura, saat mencapai puncaknya cahaya
itu keluar melalui lima indra tubuh yaitu telinga, mata, mulut, ubun-ubun dan
kemaluan. Namun umumnya orang yang mempelajari Leak cahaya itu keluar kebayakan
lewat mata dan mulut.
Supardana memaparkan dalam mempelajari Leak
harus memahami doa dasar leak., Doa dasar tersebut diantaranya “Ong gni brahma
anglebur panca maha bhuta, anglukat sarining merta. mulihakene kite ring betara
guru, tumitis kita dadi manusia mahotama. ong rang sah, wrete namah”.
Supardana mengutarakan terdapat tujuh
jenis leak yang sdh banyak di ketahui masyarakat. Jenis tersebut di antaranya Leak
barak (brahma). Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api. Leak
bulan, Leak pemamoran, Leak bunga, Leak sari, Leak cemeng rangdu
dan Leak siwa klakah, adalah Leak tertinggi karena ketujuh cakranya mengeluarkan
cahaya yang sesuai dengan kehendak batinnya.
Tingkatan Leak paling tinggi menjadi bade
atau menara pengusung jenazah , dengan mengubah menjadi garuda, dan tingakat
lebih bawah lagi menjadi binatang-binatang lain, seperti kambing babi betina
,monyet, anjing, ayam putih, , dan lain-lain. Selain itu juga dikenal nama I
Pudak Setegal mengubah hujud menjadi wanita cantik dan bau harumnya dan
lain-lain.
Dalam Lontar Durga Bhairawi’ dan ‘Lontar Ratuning Kawisesan’.yang di
tulis pada zaman Raja Udayana saat berkuasa di Bali pada abad ke 16, sastrawan
jaman itu I Gede Basur masih hidup dan pernah menulis buku lontar Pengeleakan
tersebut .
Salah satu alasan leak saat
ini masih kuat dan diyakini karena aspek dari output belajar aji pangliyakan
akan membuat kita menjadi sakti. Setiap tingkatan leak mempunyai kekuatan
tertentu. Di sinilah seorang shakta aji pangliyakan sering terjebak apalagi
bathin kurang bersih, emosi labil, ilmu ini akan berbalik merugikan. “kita
bisa terjebak menyalahgunakan ilmu ini untuk menyakiti. Karena itulah sang guru
sangat sangat ketat dalam mengajarkan muridnya, murid dalam mengawasi dan
menjaga tikah laku sang muris agar mereka tidak merugikan saat menguasai ilmu
ini” ujar Supardana.
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram