Balikini.Net - Petani yang menanam bunga gumitir kini boleh tersenyum lega. Pasalnya, harga bunga gumitir di pasaran meroket sejak dua pekan ini. Dimana, sebelumnya untuk bunga gumitir super laku terjual Rp 6 ribu per kilo gram, namun kini harganya berkisar di harga Rp 20 hingga Rp 22 ribu per kilo.
I Ketut Ngardi petani asal Banjar Paket, Kintamani saat ditemui Kamis (9/2) mengakui harga gumitir sejak dua pekan, tepat saat perayaan tumpek landep harga terus membaik. “Untuk tingkat petani bunga super laku dnegan harga Rp 18 ribu. Sementara dipasar harganya mencapai Rp 20 ribu,”ujarnya.
Disinggung soal produksi, kata Ngardi, cukup bagus. Meski hujan turun cukup deras produksi bunga belum terganggu. Jadi kenaikan harda ini lebih banyak disebakan, lantaran petani sedikit yang menanam bunga tahun ini. “Kebanyakan petani membidik menanam jelang perayaan Galungan, maka saat ini bunga di pasaran langka sehingga harganya melonjak,”ucapnya.
Ngardi mengaku menanam bunga gumitir dengan sistem tumpang sari dengan cabai diatas lahan 17 are. Saat ini baru tanaman bunga yang sudah produksi, semenatar tanaman cabai belum berproduksi. Karenanya, meski harganya cabai naik, dia mengaku tidak menikmatinya. Karenaya, dia otomatis hanya mendapatkan penghasilan dari penjualan bunga gumitir. “Dalam empat hari saya mendapat penjualan sekitar Rp 700 hingga Rp 800 ribu. Hasil cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari,”ujar Ngardi sambil nginang tembakau.
Sementara petani lainnya I Wayan Rata menyebutkan, sejak beberapa hari ini harga bunga gumitir mengalami kanaikan harga yang cukup tajam. Sebelumnyam harga bunga hanya berkisar Rp 6.000 per kilo, namun kini telah menembus Rp 12 ribu untuk bunga kelas II sementara bunga kelas I (super) di petani laku dengan harga Rp 18 ribu per kilo. “Saya sangat bersyukur harga alami kenaikan jadi bisa untuk menutupi biaya produksi,”pungkasnya.[Anggi]
I Ketut Ngardi petani asal Banjar Paket, Kintamani saat ditemui Kamis (9/2) mengakui harga gumitir sejak dua pekan, tepat saat perayaan tumpek landep harga terus membaik. “Untuk tingkat petani bunga super laku dnegan harga Rp 18 ribu. Sementara dipasar harganya mencapai Rp 20 ribu,”ujarnya.
Disinggung soal produksi, kata Ngardi, cukup bagus. Meski hujan turun cukup deras produksi bunga belum terganggu. Jadi kenaikan harda ini lebih banyak disebakan, lantaran petani sedikit yang menanam bunga tahun ini. “Kebanyakan petani membidik menanam jelang perayaan Galungan, maka saat ini bunga di pasaran langka sehingga harganya melonjak,”ucapnya.
Ngardi mengaku menanam bunga gumitir dengan sistem tumpang sari dengan cabai diatas lahan 17 are. Saat ini baru tanaman bunga yang sudah produksi, semenatar tanaman cabai belum berproduksi. Karenanya, meski harganya cabai naik, dia mengaku tidak menikmatinya. Karenaya, dia otomatis hanya mendapatkan penghasilan dari penjualan bunga gumitir. “Dalam empat hari saya mendapat penjualan sekitar Rp 700 hingga Rp 800 ribu. Hasil cukup untuk memenuhi keperluan sehari-hari,”ujar Ngardi sambil nginang tembakau.
Sementara petani lainnya I Wayan Rata menyebutkan, sejak beberapa hari ini harga bunga gumitir mengalami kanaikan harga yang cukup tajam. Sebelumnyam harga bunga hanya berkisar Rp 6.000 per kilo, namun kini telah menembus Rp 12 ribu untuk bunga kelas II sementara bunga kelas I (super) di petani laku dengan harga Rp 18 ribu per kilo. “Saya sangat bersyukur harga alami kenaikan jadi bisa untuk menutupi biaya produksi,”pungkasnya.[Anggi]
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram