-->

Selasa, 12 April 2016

Jejak Agropolitan di Pupuan dan SelbarTabanan

Jejak Agropolitan di Pupuan dan SelbarTabanan


Baliki.net - Kecamatan Pupuan dan Selemadeg barat merupakan kawasan perkebunan dengan hasil yang spektakuler, seperti : kopi rubusta dan aneka buah-buahan. Luas kedua kecamatan ini mecakup 35,64 % dari total luas Kabupaten Tabanan Bali. Untuk buah lokal misalnya jika dikelola dengan manajemen yang baik, maka kepastian pasar akan tercipta, sehingga memberi dampak ekonomi besar bagi kesejahteraan petani.
Belajar dari pengelolaan Sub Terminal Agribisnis (STA) Sari Buah yang beralamat di di Banjar Padangan Kaja, Desa Padangan Pupuan, maka wilayah Tabanan barat  layak dipertahankan sebagai kawasan agropolitan andalan. Agropolitan adalah kawasan atau “kota pertanian” yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya.
Awak media inipun mencoba menelusuri jejak agropolitan, khususnya distribusi pemasaran buah manggis pada musim panen tahun 2016 ini. Seperti apa jejak agropolitan di kecamatan berhawa dingin tersebut? Berikut laporannya.
Seperti disampaikan oleh Jero Putu Tesan, S.Sos pengelola STA Sari Buah yang juga Ketua Asosiasi Manggis Indonesia (2008-sekarang), produksi manggis di wilayah kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat pada musim panen Januari-Mei  mencapai 4000 ton dengan harga ditingkat petani berkisar Rp. 6.000 hingga Rp. 11.000,- atau rata-rata Rp. 7.000,-, tergantung kualitas. Harga tersebut sudah diatas harga dasar STA Sari Buah sebesar Rp. 4.000,-. Selama ini pasar ekspor buah manggis ke Cina dibagi menjadi tiga kelas yaitu AA (kecil), AAA (sedang) dan AAAA (besar).
“Kami tidak ada untungnya menurunkan harga di tingkat petani, karena harga sudah ditentukan langsung dari Cina, keuntungan justru semakin besar jika petani bergairah berpoduksi dengan kualitas, kuantitas dan kontinunitas sesuai dengan permintaan pasar”, sebutnya.
Apa yang disampaikan oleh Jero Tesan tadi ternyata tidak berbeda jauh dari informasi yang didapatkan awak media ini ditingkat petani. Saat awak media ini menyusuri hingga ke Desa Belatungan Pupuan (termasuk wilayah Zona satu STA Sari Buah), buah manggis petani dibeli Rp. 7.000,- oleh sub pengepul. 
Jika dikalkulasikan dengan sederhana, jika  total produksi 4.000 ton per sekali musim kemudian dikalikan dengan harga rata-rata Rp. 6.000,- per kilogram,  maka putaran uang dari buah manggis saja mencapai Rp. 24 Milyar per sekali musim. Ini belum termasuk buah-buahan lain seperti durian, aldvokat, salak dan sebagainya.
Melihat potensi perkebunan di wilayah Kecamatan Pupuan dan Selemadeg Barat, maka kawasan ini sangat layak dipertahankan sebagai kawasan “Agropolitan” di Kabupaten Tabanan bahkan Bali. Dikemasnya Pupuan dan Selbar ini sangat memungkinkan karena dua kecamatan ini juga memiliki fasilitas alam yang sangat menakjubkan. Fasilitas alam yang dimaksudkan tiada lain keindahan panorama alamnya yang merupakan perpaduan antara pesawahan, tegalan dan hamparan jurang yang tidak kalah dengan pesona Panelokan Kintamani Bangli. (Rah)



Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved