kebun singkong (balikini.net ) |
Balikini.Net--- Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Setiap orang bisa menjadi petani), walau ia sudah punya pekerjaan bukan sebagaiPetani.Bagi para petani yang kurang kreatif peluang tidak akan bisa diraih seperti halnya budidaya ketela pohon sering dipandang sebelah mata oleh petani di Bali termasuk di Kabupaten Bangli kini sangat kreatif. Padahal, ketela pohon belakangan ini mulai diburu oleh warga yang memiliki usaha jajan maupun camilan. Nilai ekonomis ketela pohon pun belakangan ini mulai menanjak tajam. Sekarung ketela pohon di tingkat petani bisa laku dengan harga Rp 45 ribu.
Di Kabupaten Bangli, budidaya ketela pohon banyak dilakukan petani di BanjarPengiangan Kawan maupun Banjar Selat Nyuhan,Desa Pengiangan,Susut Bangli. Petani setempat banyak mengembangkan ketela rambat di sawah untuk menggantikan tanaman padi. Maklum saja, debit air yang mengalir ke sawah mereka cukup kecil sehingga sulit menjangkau lahan. Agar sawah mereka tidak kosong, petani banyak memilih menanam ketela pohon. “Ketimbang lahan nganggur petani di dusun kami banyak kembangkan ketela pohon ini. Hasilnya cukup lumayan,”kata salah seorang petani di BanjarPengiangan Kawan I Nyoman Yasa(52), Minggu (10/07/2016) kemarin
Lebih lanjut Nyoman Yasa mengatakan, produksi ketela pohon di wilayah Pengiangan kini tergolong cukup bagus. Dalam lahan sekitar satu are bisa menghasilkan sekitar 12 karung ketela. Sementara harga jualnya ditingkat petani mencapai Rp 45 ribu per kampil (karung). Diakui, proses penanaman hingga panen, membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Memang ketimbang tanaman padi, waktu panennya lebih lama. Namun karena seretnya air dimana sebenarnya di Subak Pengiangan Kawan memang tidak ada sumber mata air, hanya rembesan dari jurang jika mengalir, sehingga tanaman ketela pohon bisa membantu petani. “Ketela kami jual ke pemilik usaha jajan maupun kripik, hasilnya penjualan kami belikan beras dari pada tanahnya nganggur hanya ditumbuhi semak belukar,”ungkapnya.
Sementara Wayan Nadi (60) petani lainnya mengatakan meski masih dalam musim hujan, namun petani di wilayahnya sangat kesulitan mendapatkan air. Karenanya, krama subak sampai melakukan pola bergilir itupun kalau ada air yang mengalir.Kini air sangat kecil.Mungkin akibat maraknya pengeboran dihulu orang para peternak ayam”katanya.
Lanjut Nadi menyampaikan,karena untuk mengisi kekosongan lahan, petani banyak yang menanam ketela pohon disamping tanaman lain seperti jagung dan jenis palawija lainnya sehingga lahan bisa produktif "pungkasnya.(Anggi/r7).
Di Kabupaten Bangli, budidaya ketela pohon banyak dilakukan petani di BanjarPengiangan Kawan maupun Banjar Selat Nyuhan,Desa Pengiangan,Susut Bangli. Petani setempat banyak mengembangkan ketela rambat di sawah untuk menggantikan tanaman padi. Maklum saja, debit air yang mengalir ke sawah mereka cukup kecil sehingga sulit menjangkau lahan. Agar sawah mereka tidak kosong, petani banyak memilih menanam ketela pohon. “Ketimbang lahan nganggur petani di dusun kami banyak kembangkan ketela pohon ini. Hasilnya cukup lumayan,”kata salah seorang petani di BanjarPengiangan Kawan I Nyoman Yasa(52), Minggu (10/07/2016) kemarin
Lebih lanjut Nyoman Yasa mengatakan, produksi ketela pohon di wilayah Pengiangan kini tergolong cukup bagus. Dalam lahan sekitar satu are bisa menghasilkan sekitar 12 karung ketela. Sementara harga jualnya ditingkat petani mencapai Rp 45 ribu per kampil (karung). Diakui, proses penanaman hingga panen, membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Memang ketimbang tanaman padi, waktu panennya lebih lama. Namun karena seretnya air dimana sebenarnya di Subak Pengiangan Kawan memang tidak ada sumber mata air, hanya rembesan dari jurang jika mengalir, sehingga tanaman ketela pohon bisa membantu petani. “Ketela kami jual ke pemilik usaha jajan maupun kripik, hasilnya penjualan kami belikan beras dari pada tanahnya nganggur hanya ditumbuhi semak belukar,”ungkapnya.
Sementara Wayan Nadi (60) petani lainnya mengatakan meski masih dalam musim hujan, namun petani di wilayahnya sangat kesulitan mendapatkan air. Karenanya, krama subak sampai melakukan pola bergilir itupun kalau ada air yang mengalir.Kini air sangat kecil.Mungkin akibat maraknya pengeboran dihulu orang para peternak ayam”katanya.
Lanjut Nadi menyampaikan,karena untuk mengisi kekosongan lahan, petani banyak yang menanam ketela pohon disamping tanaman lain seperti jagung dan jenis palawija lainnya sehingga lahan bisa produktif "pungkasnya.(Anggi/r7).
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram